Tuesday 24 July 2012

SOAL SIKAP APATIS DAN SKEPTIS

Kata apatis diartikan sebagai sikap acuh tidak acuh; tidak peduli; masa bodoh. Lalu pertanyaannya apa bedanya dengan skeptis? Sepintas keduanya memiliki kesamaan arti dan maksud dimana skeptis berarti sikap curiga, tidak mudah percaya, dan bersikap hati-hati atas tindakan orang lain. Orang menjadi acuh tak acuh dan tidak peduli karena ia terlanjur tidak percaya. Kehati-hatian dan curiga akhirnya menjadi sikap dasar seseorang. Bagaimanakah sikap apatis dan skeptis dipadukan sehingga menajdi dan menghasilkan sebuah sikap yang kreatifa dan bersifat konstrukstif. Sikap apatis dan skeptis itu ada dan selalu mewarnai hidup manusia modern sekarang ini. Bahkan ada yang mengkampenyekannya secara terbuka dengan berbagai produk undang-undang tentang hak asasi manusia dan kebebasan. Orang seharusnya apatis dengan sesuatu yang bukan merupakan persoalan dan ruang tanggungjawabnya. Sebagai contoh aparat pemerintah negara seharusnya apatis dan tidak boleh mencampuri urusan pribadi seseorang seperti soal kehidupan iman dan moral. Atau seorang pemimpin agama tidak berhak untuk memasukkan ayat-ayat kitab sucinya dalam sebuah undang-undang atau peraturan daerah tertentu. Singkatnya orang harus apatis untuk sesuatu yang bukan merupakan wewenang dan tanggungjawabnya. Selain itu orang harus bersikap skeptis untuk berbagai hal. Segala sesuatu harus dipertanyakan, diminta klarifikasi dan penjelasan yang akurat. Dengan bersikap skeptis kita dapat menemukan titik terang, kepastian dan kebenaran. Walau demikian kita tidak bisa selamanya hidup dalam sikap apatis dan skeptis. Konteks kapan dan dimana kita berada hendaknya menjadi bahan pertimbangan. Penginjil Matius hari ini menampilkan sikap apastis yang ditunjukkan Yesus. Ia bersikap acuh tak acuh, tidak peduli bahkan tidak sopan terhadap keluargaNya sendiri. Sikap apatis yang dibarengi sikap tidak sopan adalah sikap seorang yang tidak tahu diri dan tidak tersentuh pendidikan moral dan tata kerama. Diceritakan bahwa ketika seseorang memberitahu kehadiran ibu dan keluarga-Nya, Yesus terkesan menyangkal dan menghindar. Ia berkata dalam nada skeptis ”Siapa ibu-Ku? Dan siapa saudara-saudara-Ku?” Kemudian Ia menunjuk ke arah murid-murid-Nya: ”Ini ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku! Sebab siapa pun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di surga, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku.” Sikap apatis dan skeptis yang ditunjukkan Yesus ini membuat kita merasa geli penuh kebingungan? Bagaimana mungkin dalam waktu yang terbilang singkat tiba-tiba Yesus menjadi amnesia dengan kelurganya sendiri. Kalau orang lain boleh dilupakan tetapi apakah kita pantas menyangkal dan menolak kehadiran seorang ibu? Sungguh-sungguh membingungkan. Sikap yang seharusnya tidak boleh dipertontonkan oleh seorang Yesus. Tetapi itu yang terjadi dan benar adanya. Yesus bersikap tidak peduli dan mempertanyakan kehadiran dan keberadaan keluarga-Nya sendiri termasuk ibu yang telah melahirkan dan membesarkannya. Lalu apa yang mau disampaikan Yesus kepada kita dari cerita suci hari ini? Sebagai seorang anak yang baik, Yesus tentu sangat mengenal Maria sebagai ibu-Nya, demikianpun sebaliknya, Maria sangat mengenal siapa Yesus itu. Mereka berdua sama-sama mengerti perannya masing-masing dalam karya keselamatan Allah. Mendengar Yesus mempertanyakan: Siapa ibu dan saudara-saudara-Nya, tidak membuat Maria terkejut. Justru dalam hatinya Maria bangga karena Yesus sedang memuji dirinya. Betapa tidak, kriteria saudara-saudara dan Ibu Yesus sepenuhnya dimiliki Maria: Ia telah melakukan kehendak Bapa di surga, bahkan telah dirahmati Allah sejak dari dalam kandungan. Dengan mengatakan hal ini, Yesus hendak membuka relasi yang lebih luas lagi bagi kita dan mengajak kita untuk menjadi ibu dan saudara-saudara-Nya, dengan satu syarat: Hanya melakukan apa yang Tuhan kehendaki. Jika kita melakukan kehendak Bapa, kita adalah saudara-saudari Yesus. Kita mendapatkan keistimewaan untuk tinggal bersama Yesus dalam satu keluarga besar Allah. Sebagaimana Yesus telah memperluas relasi-Nya dengan kita, kita pun hendaknya juga demikian, membiarkan semakin banyak orang mengenal Allah dan mau melaksanakan apa yang Allah kehendaki. Kita membuka diri untuk juga menjadi saudara dan ibu bagi orang lain. Bapa, ajari aku untuk selalu melakukan kehendak-Mu sehingga aku boleh menikmati janji-janji-Mu. Saudara/iku, bersikaplah apatis dan skeptis untuk sesuatu yang merugikan sesama dan yang bertentangan dengan kehendak Allah. Semoga dihadapan terang Sabda Allah dan Roh pemberi karunia lenyaplah kegelapan dosa dan kebutaan manusia tak beriman dan semoga hati Yesus hidup dalam hati semua orang. Amin
Share:

1 comment: