Perubahan zaman yang begitu cepat membuat kita harus terus bergerak dan dengan sendirinya berada dalam pengalaman diseleksi dan menyeleksi. Kita diseleksi oleh alam, sesama dan Tuhan sendiri. Kita diseleksi oleh alam yang garang dan iklim yang tidak bersahabat. Yang tidak berhasil dalam seleksi alamiah ini maka hidupnya dihabiskan diatas tempat tidur, rumah sakit bahkan liang lahat. Kita juga diseleksi dari segi kompetensi dan kreatifitas. Seorang yang tidak meng-up date kemampuanya atau dia yang kehilangan kreatifitas dengan sendirinya ketinggalan kreta sekaligus segera menyandang profesi baru sebagai penggangur dan tuna wisma. Akhirnya kita diseleksi oleh diri kita sendiri. Segala sesuatu yang kita lakukan di dunia ini harus dipertanggungjawabkan saat maut menjemput. Yang tidak lolos atau gugur dalam proses seleksi surgawi ini maka ia harus berada di tempat penyucian kalau bukan di neraka. Selain itu kita punya hak dan kemampauan untuk menyeleksi. Kita harus menyeleksi sebelum kita diseleksi. Kita berhak menyeleksi tempat dimana kita harus tinggal dan hidup. Kita menyeleksi pekerjaan yang sesuai dengan minat, bakat dan kemapuan kita. Kita juga menyeleksi hal-hal apa yang harus dibuat untuk kehidupan di akhirat nanti. Singkatnya hidup ini adalah proses untuk menyeleksi dam diseleksi.
Penginjil Matius hari ini menampilakan cerita Yesus soal perumpamaannya tentang seorang penabur, gandum dan ilalang. Diceritakan tentang kerajaan Allah itu seumpama orang yang menaburkan benih baik di ladangnya. Tetapi pada waktu semua orang tidur, datanglah musuhnya, menaburkan benih lalang di antara gandum, lalu pergi. Ketika gandum tumbuh dan mulai berbulir, nampak jugalah lalang itu. Maka datanglah hamba-hamba tuan ladang itu dan berkata kepadanya, 'Tuan, bukankah benih baik yang Tuan taburkan di ladang Tuan? Dari manaka lalang itu? Jawab tuan itu,'Seorang musuh yang melakukannya!' Lalu berkatalah para hamba itu, 'Maukah Tuan, supaya kami pergi mencabuti lalang itu?' Tetapi ia menjawab, 'Jangan, sebab mungkin gandum itu ikut tercabut pada waktu kalian mencabut lalangnya. Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai tiba. Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai, 'Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandumnya ke dalam lumbungku.
Tentunya kita bisa bedakan fungsi gandum dan ilalang. Gandum adalah jenis makanan khas masyarakat Yahudi yang mungkin bisa disamakan dengan fungsi padi untuk konteks kita. Sementara ilalang hampir tidak ada manfaat lebih selain hanyak berfungsi menghijaukan padang yang tandus. Dimana ilalang bertumbuh maka disaat ada riwayat kematian bagi tumbuhan lain termasuk gandum. Dengan demikian bila gandum dan ilalang hidup bersama maka yang selalu berada pihak yang kalah dan menderita adalah gandum. Yesus mengumpamakan orang yang baik adalah gandum dan orang jahat pasti ilalang. Dengan demikian orang baik tidak pernah bahagia jika berada di antara orang jahat. Namun Yesus justru membiarkan hal itu terjadi walau saatnya Ia hadir untuk menyeleksi dan memisahakan gandum atau orang baik dengan ilalang atau orang jahat. Ilalang dibakar dan gandum dimasukkan ke dalam lumbung.
Perumpamaan ini sangat jelas dan pasti. Hidup ini merupakan sebuah proses seleksi dan menyeleksi. Meskipun benih itu sudah masuk golongan baik, unggul, pilihan, namun ketika ditanam bukan berarti lepas dari ancaman. Ia bisa mati oleh karena rumput liar yang menghimpitnya. (Mt 13:25). Kejahatan dan kuasa jahat selalu mengancam pewartaan kebaikan dan cinta kasih. Setiap kejahatan tidak serta merta dapat diusir, dikalahkan, atau dihalau begitu saja. Sebab ilalang yang dicabut bisa jadi akan membuat gandum pun tercabut (ay 29). Dalam situasi begini, dibutuhkan kebijasanaan, kebajikan, sikap yang hati-hati penuh pertimbangan, tidak asal bertindak. Tindakan ceroboh dapat menghancurkan semunya. Mungkin senada ungkapan kita menyembuhkan tetapi tidak menyakiti. Bagaimana kita dapat mempunyai kebijaksanaan tersebut? Tidak lain dan tidak bukan adalah hidup bersatu dengan Allah, mendengarkan Allah. Kita berusaha fokus dan orientasi pada kebaikan yang hendak kita kembangkan agar menghasilkan sukacita. Allah akan mengganjar yang baik dan menghukum yang jahat. Sesuatu yang baik akan selalu hidup dan tahan zaman. Sementara yang jahat akan kelihatan dan dijauhi orang. Oleh karena itu, saudara/iku, kita sepantasnya terus menerus untuk memperbaharui diri, melakukan pertobatan baik dalam pikiran, sikap, maupun perbuatan. Yang dulu selalu punya pikiran negatif pada sesama, harus mengembangkan pemikiran positif atau kebaikan dalam diri sesama. Yang dulu sering bersikap merendahkan sesama kita harus berusaha menghormati dan mengaku keunggulan sesama. Yang dulu sering menindas sesama yang lemah, kini harus berani rendah hati dan melayani mereka. Semoga dihadapan terang Sabda Allah dan Roh pemberi karunia lenyaplah kegelapan dosa dan kebutaan manusia tak beriman dan semoga hati Yesus hidup dalam hati semua orang. Amin