Monday 30 July 2012

SOAL MENANAM

Mananam adalah kata yang biasa dan sering dipraktekkan. Kita menanam dengan sebuah tujuan dan harapan agara apa yang ditanam tersebut dapat tumbuh dan menghasilkan sesuatu. Petani mananam tanaman entah tanaman jangka pendek ataupun jangka panjang, pengusaha mengadakan survey pada sebuah perusahan untuk ikut menanam modal atau saham di dalamnya, Pemimpin dan pengurus partai politik sibuk menebar pesona untuk bisa menanam kepecayaan masyarakat. Singkatnya kita menanam agar dapat memanen. Bukan hanya satu kali lipat tetapi berlipat-lipat ganda. Namun demikian berbicara tentang menanam tidak terlepas dari peranan orang yang menanam, benih yang ditanam dan tempat serta waktu kapan benih itu ditanam. Tanaman pohon cendana misalnya, memiliki peluang untuk tumbuh jika ditanam oleh seorang petani yang berpengalaman diatas lahan yang subur pada saat menjelang musim hujan. Sebaliknya menanam tanaman cendana dalam lahan yang kritis dan musim yang salah oleh seorang kontraktor yang nota bene “awan” soal pertanian sudah pasti tidak berhasil. Selain itu jenis dan kualitas benih, harus mendapat perhatian lebih dalam hal menanam. Benih yang baik selalu berpeluang besar untuk tumbuh dan menghasilkan buah. Sebaliknya jenis benih yang kriput dan kerdil biasanya tidak bertahan dalam sebuah iklim yang garang. Singkatnya, menanam mengandaikan adanya peranan dari yang menanam, jenis tanaman, tempat atau lahan serta iklim yang mendukung. Penginjil Matius hari ini menampilkan cerita soal bagaimana Yesus membentangkan suatu per-um¬pamaan kepada para pendengar-Nya. Yesus berkata: ”Hal Kerajaan Surga itu seum¬pama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang di ladangnya. Memang biji itu yang paling kecil dari segala jenis benih, tetapi apabila sudah tumbuh, sesawi itu lebih besar daripada sayuran yang lain, bahkan menjadi pohon, sehingga burung-burung di udara datang ber¬sarang pada cabang-cabangnya.” Dan Ia men-ceritakan perumpamaan ini juga kepada mereka: ”Hal Kerajaan Surga itu seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya.” Semuanya itu disampaikan Yesus kepada orang banyak dalam perumpamaan, dan tanpa perumpamaan suatu pun tidak disampaikan-Nya kepada mereka, supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi: ”Aku mau membuka mulut-Ku mengatakan perumpamaan, Aku mau mengucapkan hal yang tersembunyi sejak dunia dijadikan.” Kegiatan menabur dan menanam memiliki maksud yang sama atas cara yang beda. Menabur selalu mendahului kegiatan menanam. Atau dengan kata lain kita dapat menanam dari apa yang sebelumnya kita taburkan. Dalam konteks cerita biblis hari ini, pada dasarnya Tuhan sudah menabur benih Sabda dalam hati nurani kita. Tugas kita yang tersisa yakni menanam benih Sabda tersebut secara kreatif dalam produktif dalam hati sesama di sekitar kita. Pertumbuhan pohon sesawi dipakai Yesus untuk menggambarkan pertumbuhan iman kita. Iman yang semakin bertumbuh dan berkembang, suatu saat akan menghasilkan buah yang melimpah. Jika buah melimpah panenan pasti banyak; jika panenan banyak, pasti banyak para pendatang. Bagaikan pohon sesawi yang didatangi banyak burung, untuk berteduh, sekadar singgah, membuat rumah bahkan mencari makan pada pohon itu juga. Ragi juga menjadi salah satu gambaran yang baik untuk melukiskan kharisma iman dalam hidup seseorang. Ragi itu tampak tidak berarti dan tidak kelihatan, namun ia menyusup masuk ke seluruh adonan dan memengaruhi dari dalam sehingga adonan itu berkembang besar dan enak. Iman yang ada dalam diri seseorang itu bagai ragi yang bekerja diam-diam, dari dalam, memengaruhi seluruh hidup seseorang. Namun, seperti ragi, harus diaduk dulu ke dalam tepung sampai merata semuanya supaya dapat bekerja efektif, demikianpun iman harus diolah dengan baik dan dirawat supaya bisa efektif memengaruhi hidup kita secara keseluruhan. Yesus telah menabur benih iman ke dalam diri kita. Betapa Ia sangat mengharapkan iman itu bertumbuh bagai biji sesawi, dan efektif memengaruhi seluruh hidup kita bagai ragi, sehingga menjadi semakin berkualitas dan bermanfaat. Maka, mari kita merawat iman kita dan mengolah kehidupan rohani kita agar senantiasa menghasilkan buah yang baik dan berlimpah. Semoga dihadapan terang Sabda Allah dan Roh pemberi karunia lenyaplah kegelapan dosa dan kebutaan manusia tak beriman dan semoga hati Yesus hidup dalam hati semua orang. Amin
Share: