Wednesday, 20 July 2016

Tentang Mama ...


Terdengar kabar dari kampung. Kakak iparku mengirim pesan. Singkat saja. "Mama sakit". Begitulah mereka di kampung di sekitar bulan Februari. Kadang untuk membeli pulsa seharga 7000 rupiah saja, sulitnya minta ampun. Bukan karena malas untuk membeli tapi memang karena tidak ada uang. Sudahlah. Kalau mau bahas tentang kampungku mungkin butuh kertas ribuan lembar. Kembali tentang mama. Setelah mendapat pesan itu, tiba_tiba hariku terasa gelap. Pikiranku berantakan. Jatungku berdebar. Wajah tulus mama melintas. Wanita hebat yang pernah kukenal. Usianya memang sudah uzur. 74 tahun. HP_ku berdering dan saya semakin ketakutan. Kakak sulungku menelphon. "Mama baik_baik saja", katanya tenang. Kakak memang begitu. Dia tidak mau mencerita kesulitan atau persoalan di kampung kepada kami adik_adiknya di rantauan. Menurut kakak, lima hari terakhir ini mama selalu mengeluh kesakitan pada lambungnya. Terasa perih dan menikam. Sulit tidur dan nafsu makan berkurang. Tapi sekarang sudah agak membaik. Beberapa ramuan tradisional dari Ema Hanes terlihat mujarab. Mendengar kabar itu, mendung hatiku cerah kembali. 
Bagiku, mama adalah segalanya. Saya selalu siap melakukan apa saja untuk kebahagiaan dan kebaikan mama. Untuk nama seorang mama Margareta Naul, terasa tidak bisa diwakili ratusan bait puisi. Mama adalah matahariku. Bicara soal mama bukan berarti mengesampingkan apalagi menomorduakan bapa. Namun, untuk kali ini saya ingin fokus tentang mama. Dalam satu kesempatan, mama bercerita tentang dua buah mimpi miliknya dan sulit dilupakan. Yah...semacam mimpi terindah dan paling berkesan dalam hidupnya. Mimpi itu tentang saya dan kakak saya nomor 4. Tentang saya, mama bermimpi melewati sebuah kali. Katanya, perjalanan itu hendak ke rumah nenek. Tapi belum sampai tujuan, gelombang banjir badang mendekat. Mama histeris dan berjuang menyelamatkan diri. Pada rusuk tebing berlicin, ia berjuang sekuat tenaga menghindar. Sebuah suara tiba_tiba muncul dari puncak tebing itu. Suara orangtua yang tdk dikenalinya. "Ulurkan tanganmu". Mama terselamatkan. Kepada orang tua itu mama bertanya, "Apakah bapa melihat  Ory? Ia anak bungsuku". Ory adalah nama pertamaku. Nama kesayangan keluarga. "Kamu jalan saja. Ia ada di sana"', jawab orangtua itu. Tak lama berselang, mama mendapatiku di atas pohon yang besar. Mama tersadar kembali dari mimpinya saat saya turun mendapati mama. Mimpi ini akhirnya membuat mama selalu optimis jika suatu saat, saya bakal menjadi orang hebat walau tak harus menjadi seorang penjabat. Tanpa disadari, mimpi mama adalah hidup saya. Ketergantunganku secara psikologis pada mama sangat tinggi. Mama adalah bentuk lain dari diriku. Mama adalah "roh" yang membuatku ada dan berarti. 
Saya menghabiskan masa kecil dan Sekolah Dasar (SD) di Regho. Sebuah kampung kecil di Kabupaten Manggarai Barat_Flores. Kampung tua tempat dulu bertahta seorang Dalu (Mungkin untuk saat ini jabatan Dalu setara dengan Gubernur. Wakil pemerintah pusat di daerah)  yang membawahi beberapa wilayah kekuasaan). Di sini juga terdapat dua buah obyek wisata kebanggan Manggarai Barat. Watu Timbang Raung dan gua Nisi Ketek. Nanti saya akan ceritakan pada kalian tentang kedua obyek wisata ini. Walaupun tidak setenar Komodo tetapi kedua obyek wisata ini memiliki cerita mistik yang sarat makna. Tujuh tahun saya di bangku SD. Tahan kelas di kelas 2 SD, membuat saya trauma. Kata wali kelasku, saya belum lancar bicara dan membaca. Mama sangat meneteskan air mata saat mendengar saya tahan kelas. Hatiku teriris. Mulai saat itu, saya menjadi seorang yang sangat ambisius dan sangat mandiri. Di bangku kelas IV dan V, saya selalu mewakili sekolah untuk mengikuti perlombaan khususnya soal publik speaking (berpidato dan berpuisi) dan mengarang.  Masa SMP adalah masa tersulit dalam hidup. Sekolah sambil bekerja sebagai pemberi makanan babi di biara susteran ditambah dengan waktu liburan yang hanya sekali dalam setahun membuat saya semakin mengerti tentang kesederhanaan, kesetiaan, kemandirian dan hidup hemat. Hingga saat ini, kepada semua keponakan, mama bercerita tentang saya jika bicara mengenai beberapa hal di atas. Itulah mama. Sekali ia percaya, susah untuk dilupakan. Daya ingatnya sangat hebat. Dia mengenal baik, tentang kami dan segala macam pengalaman pribadi kami dengannya. Dia tidak mudah ditipu tetapi selalu memaafkan orang yang menipunya. 

Cerita ini tidak bisa mewakili semua hal tentang mama. Bagai matahari yang hanya tahu memberi, itulah mama untuk kami anak-anaknya. Lima bersaudara kami hadir bersama dan seorang diantara kami pergi mendahului kami ke Surga. Kepada kami, beliau menghadiahkan dua orang anak (putra dan putri). Mama baik-baik saja. Itu yang ingin saya dengar dan rasakan. Mama baik-baik saja. Tahu kenapa? Karena saat ini, saya baik-baik saja. Terima kasih mama.


Share:

Cakrawala NTT datang, Meniupkan Awan dan Menurunkan Hujan


            Labuan bajo berubah mendung. Rintik hujan datang begitu saja. Panas yang terus menikam beberapa bulan terakhir di Kota Komodo ini terhapus sudah. Para sopir taksi/bemo tersenyum  melihat banyaknya penumpang yang datang berganti. Beberapa tukang ojek berjuang merebut rezeki, tetapi sepertinya sia-sia saja. Kabut tebal kehitaman itu kini datang dalam badai hujan yang besar. Begitulah bahasa alam. Kadang sulit ditebak dalam kata musim.
Tim formator Media Pendidikan Cakrawala NTT datang, seakan membawa angin dan meniupkan awan kehitaman dari cakrawala NTT menuju Kota Komodo. Kesejukanpun terjadi. Memberi warna dan aroma ilmiah di beberapa sekolah yang menjadi binaannya.  
“Selamat datang di Labuan Bajo-Manggarai Barat kepada Pemimpin Umum Media Pendidikan Cakrawala NTT bersama para tim formator Cakrawala. Saya selaku kepala dinas PPO Manggarai Barat merasa bangga dan terhormat bisa hadir dan membuka kegiatan bermartabat ini. Pemerintah khususnya Dinas PPO Manggarai Barat selalu membuka hati bagi semua pihak yang mau memnyumbangkan potensi dan talentanya demi meningkatkan mutu pendidikan di daerah ini. Kamipun berharap, kegiatan ini dilanjutkan bukan hanya untuk beberapa sekolah dalam Kota Labuan Bajo tetapi juga untuk sekolah-sekolah lain di beberapa kecamatan dalam wilayah Manggarai Barat ini”, tandas Drs. Marten Magol, selaku Kepala Dinas PPO Manggarai Barat saat membuka kegiatan pelatihan jurnalistik dan karya ilmiah di SMPN 2 Komodo.
Tepukan tangan semakin membahana saat Pemimpin Umum Media Pendidikan Cakrawala NTT, Gusty Rikarno, S.Fil berdiri dan memberikan sambutan. Menurut Gusty, proses dari sebuah pendidikan harus selalu bemuara pada sebuah peningkatan Sumber daya Manusia (SDM) dan profesionalitas.  Karenanya input, proses dan output dari sebuah lembaga pendidikan harus dibuat dalam sebuah perencanaan yang matang, berkelanjutan dan profesional.  Media Pendidikan Cakrawala NTT hadir untuk mendukung proses pendidikan itu. Para guru harus meningkatkan profesionalismenya dalam hal menulis karya ilmiah dan para siswa dipersiapkan secara baik agar terampil dalam hal menulis.
“Budaya tutur dalam masyarakat kita sangat kuat. Tidak terkecuali dalam lingkungan sekolah. Tidak heran budaya literasi (baca-tulis) semakin pudar dan menjadi asing di kalangan guru dan siswa-siswi. Media Pendidikan Cakrawala NTT dalam rangkaian kerjasama dengan pemerintah ingin mengerakkan kembali budaya literasi tersebut. Mimpi kami besar yakni menyambut generasi emas NTT 2050 dengan membangun budaya literasi. Berharap di tahun 2050 nanti, kita hadir dalam sebuah masyarakat melek literasi. Ingat, dalam waktu 2 hari jangan berharap untuk langsung bisa menulis. Sebagaimana budaya pada umumnya membutuhkan waktu dan berproses demikian halnya budaya literasi. Karena itu, kami selalu sebuat sekolah binaan/dampingan Media Pendidikan Cakrawala NTT. Artinya, pihak Cakrawala ber-MoU dengan pihak sekolah selama tiga tahun. Setiap semester tim Cakrawala selalu datang dan mendampingi para guru dan siswa-siswi menulis”, tegas alumni Ledalero ini.
Delapan hari berada di Kota Komodo ternyata memiliki beragam cerita yang tidak pernah habis untuk dibahas. Para guru dan siswa dari empat sekolah binaan cakrawala yakni SMPN 2 Komodo, SMPN 1 Komodo, SMPN 3 Komodo dan SMPK St. Arnoldus Labuan Bajo, sangat antusias dan berharap banyak dari kegiatan ini. Cakrawala NTT ternyata bukan hanya meniupkan angin dan membawa awan berkabut hitam tetapi juga menurunkan hujan. Hujan harapan, optimisme dan pembuka cakrawala berpikir.
“Saya bersama para guru dan siswa-siswi “disentakkan” oleh terobosan produktif Media Pendidikan Cakrawala NTT. Seakan bangun dari sebuah tidur panjang tentang pentingnya meningkatkan profesionalisme dan ketrampilan dalam hal menulis. Benar yang disampaikan Pak Gusty bahwa menulis itu tidak sebatas pada pengetahuan soal menulis tetapi harus bermuara pada ketrampilan menulis. Artinya, kita berkomunikasi dalam bentuk tulisan dan tulisan itu menjadi konsumsi publik (dipublikasikan). SMPK St. Arnoldus Labuan Bajo menyatakan siap menjadi salah satu dari sekolah binaan Media Pendidikan Cakrawala NTT”, tegas Pater Cletus Nenda, selaku kepala sekolah SMPK St. Arnoldus Labuan Bajo.
Hal yang sama disampaikan kepala sekolah SMPN 2 Komodo, Ferdinandus Jelahun, S.Pd. Menurut Ferdi, kegiatan ini bukan hanya berdampak sekarang tetapi juga puluhan tahun ke depan. SMPN 2 Komodo siap menjadi salah satu sekolah binaan Media Pendidikan Cakrawala NTT karena konsep media ini sangat cerdas, realistis dan luar biasa. Bayangkan, dampak langsung dari kegiatan ini yakni kami para guru PNS bisa naik pangkat. Sementara untuk siswa-siswi dipersiapkan sejak dini agar trampil menulis. Lebih lanjut, kepala SMPN 1 Komodo, Donatus Jahan, S.Pd memberi apreasiasi tulus kepada Media Pendidikan Cakrawala NTT. Menurutnya, kegiatan semacam inilah yang mereka selalu harapkan. Kegiatan yang memberi dampak langsung kepada para guru dan siswa-siswi. Selaku kepala sekolah dan mewakili staf guru serta komite, ia menyatakan siap menjadi sekolah binaan Media Pendidikan Cakrawala NTT.
Sementara itu, Drs. Mateus Jemalu selaku kepala sekolah SMPN 3 Komodo sekaligus formator Media Pendidikan Cakrawala NTT wilayah Manggarai Barat, terus memotivasi para guru agar giat membaca dan menulis. Mateus bisa dijadikan saksi hidup tentang betapa besar peranan media ini untuk meningkatkan profesionalisme guru.
“Saya naik pangkat dari golongan VI/A ke golongan VI/B, salah satunya karena menulis di Media Pendidikan Cakrawala NTT. Karena itu sejak tahun lalu SMPN 3 Komodo sudah menjadi sekolah binaan Media Pendidikan Cakrawala NTT. Sebagai formator dari media ini di wilayah Manggarai Barat, saya juga siap mengoreksi tulisan bapa/ibu guru supaya bisa diteruskan ke redaksi. Harapan saya, bukan hanya saya yang naik ke golongan VI/B tetapi juga sekian banyak guru di Kabupaten Manggarai Barat”, tandas Mateus.  
Labuan Bajo masih mendung dan ber-hujan saat Pimpinan Umum Media Pendidikan Cakrawala NTT, take off dari bandara Komodo. Dunia pendidikan Manggarai Barat terinspirasi. Membawa cerita tentang cakrawala yang selalu datang meniup angin membawa awan dan hujan. Memberi harapan, rasa optimis dan pembuka cakrawala berpikir. Cakrawala NTT, teruslah terbang dan semakin tinggi. Go Fly, Go High.


Share:

Dari Meja, Samping Dapur


Tidak perlu menunggu punya jabatan baru melakukan sebuah perubahan. Buatlah gerakan-gerakan kecil tetapi dengan cinta yang besar. Ketahuilah, Tuhan yang kita sembah itu kaya. Dahulukanlah kepentingan dan kebaikan bersama dan kamu akan terlebur di dalamnya. Akh...tidak perlu menjadi seorang Yeremia yang melihat tanah Kanaan dari jauh. Kebenaran itu akan terkristal saat kamu mengambil bagian di dalamnya. Mengapa kamu resah saat selesai diwisuda belum mendapat kerja? Mengapa kamu ragu diusia 28 belum mendapatkan jodoh? Mengapa harus malu berada di kampung dan menanam satu-dua pohon mahoni dan kopi?
Bangkit. Kamu adalah carikan kertas berharga. Dunia menunggu gerakanmu. Tidak perlu malu berdiskusi, berbagi cerita dan saling memberi inspirasi. Tersenyumlah. Untuk apa harus murung jika di dompet hanya punya 50 ribu. Menarilah untuk tuan pesta. Minum dan makanlah. Setelah pulang ke rumah, kamu akan tersenyum sendiri saat membayangkan bagaimana tuan pesta terpingkal-pingkal bahagia melihat gerakmu.
Jika kamu ke supermarket atau mall, tersenyum untuk para pelayan di sana. Mereka tidak butuh, apakah kamu membeli atau tidak. Toh...mereka bukan pemiliknya. Tersenyum saja, itu sudah cukup membuat mereka dihargai. Jika kamu berkendaraan, tidak perlu harus cepat-cepat. Santai saja. Ingat, saat itu orang akan menilai kamu sebagai seorang yang memiliki rencana atas hidup. Jika ada yang menawarkan sapu lidi, terima saja dan katakan siapa yang membuatnya. Belilah satu-dua buah sebagai bentuk penghargaanmu atas karyanya. Berbuat baik itu, punya pahalanya lho.
Jika ada keluargamu dari kampung meminta bantuanmu, katakan padanya apa yang dia butuh dan totalnya berapa. Setelah itu, kembali ke rumah dan berdoa semoga dia dikuatkan dan ada orang yang membantunya. Kamu kan tidak bisa memberi dari apa yang tidak kamu miliki. Dunia ini memang butuh uang tetapi ingat, uang hanyalah sarana bukan tujuan. Lalu, apa yang menjadi tujuanmu? Kebahagiaan sesama dan kemuliaaan Tuhan adalah jawabannya.
Kalau kamu suka menjelekkan nama orang, apa gunanya untuk kamu. Apakah kamu akan dapat untung seperti para pembawa acara gosip di TV? Kamu akan tetap begitu dan makin hari kamu akan makin sendiri dan mungkin pingsan sendiri. Pujilah orang dengan tulus dan katakan padanya kamu hebat. Kamu akan disegarkan oleh matanya yang binar dan senyumnya yang merekah.
Aku mencintai kalian semua.
Share: