Tuesday 10 July 2012

SOAL BERJALAN

Kita semua mempunyai hasrat, kemampuan dan keharusan untuk berjalan. Berjalan berarti bergerak atau berpindah dari suatu tempat ke tempat lain dengan sebuah tujuan tertentu. Kita berjalan karena kita harus berjalan. Ketidakmampuan untuk berjalan dapat dinilai sebagai sebuah kekurangan tetapi bukan kemalangan. Seorang yang cacat atau lumpuh, secara badaniah memang tidak bisa berjalan tetapi ia tetap memiliki keinginan dan kerinduan untuk berjalan. Lalu mengapa orang harus berjalan? Hemat saya berjalan bukan karena kita harus mempergunakan karya Allah dalam sepasang kaki tetapi karena kita harus berusaha dan berkarya. Kita harus mampu menemukan cara dan bentuk baru dalam memaknai dan mempergunakan segala talenta dan buah karya Tuhan di dunia. Namun persoalan selalu muncul ketika orang selalu senang untuk berjalan dan berjalan. Lebih sedih lagi ketika perjalanan itu tanpa sebuah rencana, maksud dan orientasi yang jelas. Padahal hidup ini butuh kepastian, butuh masa depan dan butuh komitmen. Hidup ini memang sementara dan fana tetapi tetap memiliki nilai dalam satu bentuk tertentu. Kita harus bergerak atau berjalan maju karena di dunia ini tidak ada yang bersifat statis dan abadi. Waktu bergerak dan kitapun dituntut untuk berubah di dalamnya. Penginjil Matius menampilkan cerita Yesus soal kebiasaan dan aktifitas utama Yesus dalam hidupnya yakni berjalan untuk mengajar, menyembuhkan dan memberitakan injil kerajaan surga dari suatu tempat ke tempat lain atau dari suatu kota ke kota lain. Yesus berjalan karena ia harus merebut peluang agar dapat menyelamatkan sekian banyak jiwa yang melarat dan terlantar. Diceritakan bahwa ketika dalam perjalanan Yesus melihat banyak orang yang mendambakan uluran kasih-Nya, Ia tergerak oleh belaskasihan kepada mereka karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tak bergembala. Dengan demikian Yesus berjalan karena didorong oleh sebuah motifasi mulia yang bersifat tunggal yakni merangkul dan membawa semua orang pada jalan keselamatan yang telah disediakan Allah. Ia berjalan bukan bermaksud untuk mempromosikan diri atau sekadar bertamasya sambil mencari kehormatan dan ketenaran. Yesus harus berjalan, mendapatkan dan merangkul banyak orang karena tidak sedikit yang berusaha menghindar dan menjauh dari-Nya. Diakhir ceritanya, penginjil Matius menegaskan kembali motifasi Yesus berjalan dalam sebuah kalimat afirmatif yang menantang yakni, “Tuaian banyak tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian supaya ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu”. Tanpa kita sadari setiap hari kita berjalan seturut status dan peran kita. Kita berjalan bukan karena kita mampu berjalan tetapi karena tuntunan hidup. Namun motifasi dan orientasi kita untuk berjalan tentunya beragam. Ada yang berjalan karena tuntutan pekerjaan dan apnggilan hidup tetapi ada yang sekadar jalan-jalan. Tentunya kita menginginkan untuk berjalan sambil berbuat baik dan bukan sebaliknya berjalan untuk mencari kelemahan orang sembari mengambil keuntungan secara tidak halal darinya seperti mencuri atau berbagai sikap manipulatif lainnya. Dalam konteks iman perjalanan kita lazim disebut ziarah. Kita adalah kaum peziarah. Akhirnya disadari jika hidup ini dilihat sebagai sebuah perziarahan menuju keabadian. Kita bergerak dari kelemahan dan kerapuhan manusiawi kita menuju Dia yang adalah tujuan perjalanan kita yakni Tuhan sendiri. Yesus berkata “Akulah jalan, kebenaran dan kehidupan. Barangsiapa datang kepada-Ku akan mendapat keselamatan kekal”. Lalu untuk apalagi kita harus berdiam diri? untuk apalagi kita harus tetap terbelenggu pada rasa bersalah, psimis dan kehilangan motifasi untuk berjuang? Bangun dan berjalanlah sebab banyak orang menunggu kehadiran dan kreatifitas kita. Ketahuilah setiap orang yang sukses adalah pemimpi-pemimpi besar. Mereka berimajinasi tentang masa depan, berbuat sebaik mungkin, berjalan dan bekerja menuju visi ke depan yang menjadi tujuan mereka.
Share: