Friday 27 January 2012

TENTANG MELIHAT

Pernahkah anda mengerti tentang apa itu filsafat? Tanpa bermaksud mengurui saya mau menjelaskan bahwa filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat tidak didalami dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Dalam hal ini logika berpikir dan logika bahasa mutlak dibutuhkan. Nuansa khas filsafat seperti spekulasi, keraguan, rasa penasaran dan ketertarikan membuatnya menjadi bidang studi yang relevan dan aktual segala jaman. Filsafat juga bisa berarti perjalanan menuju sesuatu yang paling dalam, sesuatu yang biasanya tidak tersentuh oleh disiplin ilmu lain dengan sikap skeptis yang mempertanyakan segala hal. Ketika kita sudah mulai bertanya atau mempertanyakan sesuatu sebenarnya pada saat yang sama kita sedang berfilsafat. Dengan itu hendak menegaskan bahwa tidak ada pertanyaan yang bodoh tetapi yang selalu ada adalah jawaban yang salah.
Penginjil Yohanes menampilkan cerita Yesus tentang sikap skepstis atau keraguan seorang natanael tentang eksistensi Yesus. “Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret? Sebuah keraguan yang wajar sebagai hasil pemikiran yang logis, kritis dan analitis. Sebuah sikap yang jauh berbeda dengan seorang Filipus yang sangat yakin pada indera pendengaran dan penglihatanya. “Kami telah menemukan Dia yang disebut oleh Musa dalam kitab Taurat dan oleh para nabi, yaitu Yesus, anak Yusuf dari Nazaret.” Satu hal yang menarik terjadi ketika Natanael tidak mau terkubur dalam sikap skeptis yang hampa. Ia menunjukkan diri sebagai seorang yang haus akan kebenaran sehingga menuruti ajakan Filipus untuk pergi dan melihat Yesus. Kita lihat dari kisah ini bahwa sikap skeptis Natanael membuka jalan kepada iman dan rasa takjub ketika dirinya bertemu dengan Yesus secara face-to-face. Sang Rabi dari Nazaret ternyata mampu membaca isi hatinya seperti sebuah buku yang terbuka. Yesus melihat bahwa Natanael adalah seorang “Israel sejati” yang tidak mengenal kepalsuan. Yesus juga menitipkan janji kepada Natanael bahwa sesungguhnya ia akan melihat langit terbuka dan malaikat-malaikat Allah naik turun kepada Anak Manusia. Apakah pujian dan janji Yesus ini merupakan bentuk apresiasi atas sikap kristis Natanael? Kita berani menjawab “ya” sebab di dunia ini tidak ada yang abadi termasuk kebenaran yang mutlak kecuali Allah sendiri. Kita tidak mungkin mempertanyakan keberadaan Allah sebab ketika kita mempertanyakan atau meragukan keberadaan Allah maka pada saat yang sama kita menegaskan bahwa Allah itu ada.
Kita tidak bisa menyangkali sejarah bahwa pada zaman orde baru riwayat orang seperti Natanael biasaya berakhir tragis. Bertanya apalagi mempertanyakan sesuatu adalah bentuk pembangkangan terhadap pancasila dan undang-undang dasar, Musuh negara yang pantas diamankan atau dilenyapakan. Sebaliknya seorang yang penurut dan bersikap ABS (asal Bapa Senang) terhadap penguasa akan mendapat posisi strategis dalam kehidupan sosial dan politik. Bila mau jujur sebenarnya produk orde baru masih berkeliaran hingga saat ini ketika awak media sebagai corong kebenaran diintimidasi bahkan harus mengalami kekerasan fisik. Lalu bagaimanakah kita sebagai orang percaya? Apakah kita harus bungkam dan diam di tengah banyaknya ketidakadilan untuk aebuah keamanan dan ketenagan diri. Bangkitlah, saudara dan saudariku dan mulailah bertanya dan mempertanyakan segala ketidakjelasan zaman ini. Pertanyaan utama dan pertama hendaknya ditujukan kepada diri sendiri, Apakah ada sesuatu yang baik dalam diri saya untuk kebahagiaan sesama dan kemuliaan Allah. Apakah saya terlahir untuk mati atau sebaliknya saya terlahir untuk melahirkan sesatui yang bermanfaat dan berdaya guna bagi diri sendiri dan orang lain? Marilah kita membuka hati kita terhadap perwahyuan Yesus, seperti yang dilakukan oleh Natanael. Selagi kita melakukannya, kobaran api Roh Kudus akan mulai membakar hati kita bagi Juruselamat kita. Hasrat kita untuk mengenal Tuhan akan lebih berkobar-kobar lagi, akhirnya menyerap ke dalam seluruh kehidupan kita. Semoga dihadapan terang Sabda Allah dan Roh pemberi karunia, lenyaplah kegelapan dosa dan kebutaan manusia tak beriman, dan semoga hati Yesus Hidup dalam hati semua orang.
Share:

Renungan

HIDUP ITU MENCARI
Bila kita mau berpikir lebih, maka hidup ini sebenarnya sebuah proses pencarian. Setiap saat kita selalu dalam kondisi dan situasi mencari. Ada beragam bentuk dan jenis pencarian baik itu berupa harta kekayaan, status sosial ataupun mencari makna dan arti hidup dalam kehidupan beragama. Kita semuanya tentu berharap agar apa yang kita cari suatu saat dapat tercapai. Kalaupun kita sudah mendapatkan apa yang kita cari, tetapi selalu saja ada alasan bagi kita untuk mencari, mengejar dan berusaha meraih kebutuhan yang lain. Itulah hidup yang penuh petualangan, kompotensi dan ambisi. Sikap tidak puas dan didukung dengan ketidaksabaran dalam mencari membuat manusia lupa diri dan langsung mengambil jalan pintas seperti korupsi, manipulasi, kolusi, nepotisme bahkan dengan enteng menghilangkan nyawa orang lain karena merasa disaingi. Sebuah narasi kehidupan bangsa yang memilukan ketika orang kaya semakin kaya sementara orang miskin semakin miskin dan melarat. Hukum yang benar tetapi tetapi dihidupi secara salah maka yang benar bisa saja disebut jahat dan yang jahat bisa dipandang kudus. Lantas, adakah yang salah dengan pencarian hidup ini? Pertanyaan ini mengantar kita pada sebuah permenungan atas pertanyan Yesus, apakah yang kamu cari?
Mencari dalam konteks iman Kristiani adalah sebuah keharusan sebagai kosekuensi dosa manusia pertama di taman eden. Adam dan Hawa terlanjur salah mengunakan kehendak bebasnya sehingga mereka kehilangan situasi firdaus yang membahagiakan. Semenjak itu, manusia mencari, merintih dan menangis hingga Allah yang rahim itu mengutus Putranya sendiri. Firdaus itu telah diraih kembali dalam pristiwa inkarnasi, Allah menjadi manusia. Bangsa yang berjalan dalam kegelapan itu telah melihat terang yang besar dalam diri Yesus Kristus. Penginjil Yohanes hari ini menceritakan tentang bagaimana Yesus memberi reaksi atas inisatif dua orang murid Yohanes pembabtis yang mengikuti dia. Yesus bertanya "Apakah yang kamu cari?" Kata mereka kepada-Nya: "Rabi (artinya: Guru), di manakah Engkau tinggal?" Ia berkata kepada mereka: "Marilah dan kamu akan melihatnya." Mereka pun datang dan melihat di mana Ia tinggal dan hari itu mereka tinggal bersama-sama dengan Dia.
Hari ini dan di awal tahun 2012 ini, Yesus bertanya kepada kita, "Apakah yang kamu cari?". Atau dengan kata lain: Apa yang Anda inginkan? Mengapa Anda berada disini? Apa yang anda lakukan? Pertanyaan tentang apa yang kita inginkan adalah sangat penting dalam segala tindakan kita. Keinginan kita menjadi tolok ukur untuk baik buruknya suatu tindakan. Dari segi moralitas, suatu tindakan adalah buruk jika maksudnya jahat. Suatu bentuk kejahatan akan berkurang jika kejahatan itu dilakukan dengan maksud baik. Prestasi juga sangat tergantung dari maksud dan tujuan kita. Jika saya sungguh-sungguh bermaksud dan berkeinginan mencapai sesuatu, maka saya akan mencari jalan untuk mendapatkannya. Jika keinginan saya lemah, maka saya akan mudah menyerah. Di sini motifasi kita sangat dibutuhkan dalam mencari, mengejar dan meraih sesuatu. Dalam surat Yakobus 4:3 dikatakan "Bila kamu berdoa, kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu." Karena itu Yesus bertanya kepada para murid "Apakah yang kamu cari? Dan mereka menjawab "Dimanakah Engkau tinggal?" "Marilah dan kamu akan melihatnya." kata-Nya kepada mereka. Yesus mengajak “Marilah dan ambillah bagian dalam kesadaran batin-Ku dan dalam pengalaman-Ku. Dalam hal ini, Yesus mengundang mereka kepada kebenaran dan kehidupan batin yang ada dalam diri-Nya dan melalui-Nya. "Mereka pun datang dan melihat dimana Ia tinggal: dan hari itu mereka tinggal bersama dengan Dia." Mereka mengunjungi-Nya secara lahiriah, namun mereka juga mengalami-Nya di dalam batin mereka dan sedikit banyak mengalami cahaya kasih-Nya. Dengan demikian, saudara/I… yang kita cari dalam hidup ini sebenarnya buka harta kekayaan, nama besar, pangkat dan kedudukan tetapi yang kita cari adalah kebahagian batin. Hanya dalam hati yang mendamba, lembut dan sabar akan terpancar kata-kata dan sikap yang lembut dan penuh kasih. Akhirnya, semoga dihadapan terang Sabda Allah dan roh pemberi karunia, lenyaplah kebutaan manusia tak beriman, dan semoga hati Yesus Hidup dalam hati semua orang. Amin
Share: