Bagi seorang yang memegang prinsip, hidup butuh kepastian maka sudah hampir pasti ia memiliki target atau rencana. Karena itu selalu ada hal yang menjadi prioritas dalam hidup dan karya. Seorang yang baru menamatkan bangku kulian tentunya memiliki prioritas untuk segera mendapat pekerjaan sementara seorang yang sudah bekerja tentunya memiliki prioritas untuk segera mendapat pasangan hidup. Singkatnya prioritas adalah hal yang utama atau yang menjadi pusat perhatian untuk dapat diwujudkan. Seorang yang tidak memiliki prioritas dalam hidup adalah dia yang tidak memiliki target atau rencana hidup. Bila itu yang terjadi maka hidup tidak lebih dari sebuah biduk yang tanpa nahkoda. Tidak memiliki arah atau cita-cita untuk diraih. Oleh karena itu hidup harus memiliki prioritas atau hal yang diutamakan. Kebanyakan diantara kita menjadikan prioritas hidup untuk berjuang agar selalu unggul dalam banyak hal seperti kelimpahan ekonomi, status atau pangkat, ketenaran dan nama besar. Hal itu adalah wajar-wajar saja sejauh tidak menghambat pikiran dan hati kita untuk selalu terarah pada sebuah prioritas hidup yang paling esensial yakni kehidupan eskatologis. Sebuah kehidupan baru setelah perziarahan kita di dunia ini. Tuhan adalah prioritas akhir dari sekian banyak prioritas hidup yang kita rencanakan.
Penginjil Matius hari ini menampilkan cerita Yesus, soal prioritas dalam hidup keagamaan. Yesus menekankan agar selalu memprioritaskan Allah dan manusia dalam setiap bentuk dan ragam hidup beriman. Atau dengan kata lain Allah dan manusia harus menjadi target atau sasaran utama bukan memprioritaskan beragama jenis dogma keagamaan atau tradisi nenek moyang yang justru menghambat seseorang dalam mewujudkan jati diri yang sesungguhnya. Diceritakan, ketika para murid Yesus memetik gandum pada hari sabat, orang Farisi tiba-tiba merasa risih hingga spontan mengkleim kepada Yesus. “Lihatlah para murid-Mu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat”. Yesus menegaskan anak manusia adalah Tuhan pada hari sabat. Dengan demikian Yesus hendak menegaskan kalau diri-Nya menjadi prioritas bukan tunduk pada berbagai macam jenis dogma atau aturan yang dibuat manusia.
Dalam keseharian hidup kita ada banyak hal yang kita perjuangkan. Dengan demikian banyak juga yang menjadi prioritas kita ke depan. Namun dari semua prioritas itu apakah kita masih menomorduakan Tuhan dari yang lain? Apakah kita lebih mengutamakan kerja kita ketimbang menyisihkan waktu untuk bertemu Tuhan dalam doa, ibadah dan perayaan ekaristi? Apakah kita lebih senang menghabiskan banyak uang di meja judi atau tempat hiburan lainnya ketimbang menyumbangkan sedikit yang kita miliki bagi saudara-saudara kita yang menderita kelaparan? Semua jawabannya, ada dalam hati dan pikiran kita sendiri. kita yang memutuskan apa yang menjadi prioritas dalam hidup kita? apakah uang? harta benda? pangkat? nama besar? Atau Tuhan dan sesama? Ketahuilah saudara/i-ku, kita masih diberi waktu untuk menentukan sikap kita apakah memprioritaskan Allah dan sesama atau diri sendiri dan ambisi pribadi kita. Semoga dihadapan terang Sabda Allah dan Roh pemberi karunia lenyaplah kegelapan dosa dan kebutaan manusia tak beriman dan semoga hati Yesus hidup dalam hati semua orang. Amin
0 comments:
Post a Comment