Pernahakah kita sadar bahwa perubahan dan keberagaman itu adalah dua hal yang saling mengadaikan. Kita tidak bisa berbicara bahkan memikirkan sebuah perubahan tanpa adanya keberagaman atau dengan bentuk lain, keberagaman adalah adalah motor pengerak adanya perubahan. Keberagaman dalam hal ini hadir dalam beragam bentuk seperti keberagaman dalam cara pandang dan gaya hidup. Tidak heran, untuk sebuah perubahan dan inovasi baru, benturan cara pandang dan gaya hidup antar generasi kerap terjadi. Kebanyakan generasi tua senang bernostalgia pada masa lalu dan berusaha mengformat generasi muda dalam cara pandang dan gaya hidup zaman dulu sementara generasi muda cenderung melihat nilai yang ditawarkan generasi tua sebagai bahan rongsokan yang pantas disampahkan karena ketinggalan zaman sembari mengikuti nilai yang ditawarkan zaman modern yang terkadang samar-samar. Lalu bagaimana sikap kita dalam upaya merangkai suasana damai dan persaudaraan dalam keberagaman untuk sebuah perubahan yang bersifat kontruktif dan produktif? Hampir sulit memikirkan hal lain kecuali beradaptasi. Beradaptasi bukan berarti ikut arus tanpa jati diri, komitmen dan tanggung jawab. Beradaptasi berarti terbuka terhadap arus zaman tetapi tetap berakar pada nilai luhur yang diwariskan seperti iman dan pengakuan kita akan penyelenggaraan Allah.
Dihari keenam belas dalam bulan pertama ditahun 2012 ini, kita disuguhkan cerita Yesus tentang merangkai perbedaan dalam sebuah perubahan dengan beradaptasi. Penginjil Markus menceritakan bagaimana orang mempertanyakan perbedaan gaya hidup murid-murid Yesus dan murid-murid Yohanes dalam hal berpuasa. Ketika murid-murid Yohanes berpuasa, pada saat yang sama murid-murid Yesus bersantai ria atau berleha-leha tanpa beban. Menjawabi pertanyaan ini, Yesus mengangkat sebuah analogi secari kain baru pada kain yang lama serta anggur yang baru pada kantong yang tua. Kain yang baru janganlah ditambalkan pada kain yang lama karena akan mencabiknya demikian halnya kantong anggur yang baru jangan dituangkan pada kantong anggur yang lama supaya jangan sampai basi, terbuang atau tidak terpakai. Dalam hal ini, Yesus menegaskan bahwa Ia adalah muara akhir dari doa dan puasa yang dibuat manusia. Ia adalah Allah yang menjelma menjadi manusia. Logikanya cukup jelas yakni untuk apa berpuasa selagi Dia yang menjadi sasaran akhir dari puasa kita sudah ada. Dalam hal ini, murid-murid Yesus tidak perlu berpuasa karena Yesus ada diantara mereka. Ceritanya lain kalau Yesus tidak ada maka para murid pasti dan harus berpuasa.
Hidup ini penuh warna sehingga kelihatan sangat indah. Tanpa sebuah perbedaan maka di sana tidak ada keindahan, dinamika dan perubahan. Dari perbedaan-perbedaan itu kita disatukan tetapi bukan untuk disamakan namun untuk disesuaikan. Untuk sebuah persaudaraan, toleransi dan tenggang rasa, hal pertama yang mesti diakui dan disadari yakni kita beda. Hanya dengan pengakuan dan kesadaraan akan adanya perbedaan maka kita dapat mencitai dan mengharagai perbedaan itu. Ketahuilah perbedaan atau keberagaman adalah motor pengerak sebuah perubahan. Dalam konteks bacaan suci hari ini, kita diajak agar menyadari diri kita sebagai sebuah komunitas umat manusia yang sedang berziarah menuju rumah Allah. Kita yakin dan percaya, apapun cara dan gaya kita dalam berdoa dan berpuasa semuanya tetap bermuara pada satu tujuan yakni membahagiakan sesama dan memuliakan Allah. Kadang-kadang kita mengatasi situasi sulit hanya dengan bersedia memahami orang lain. Sering yang paling dibutuhkan oleh seseorang adalah ada orang lain yang peduli dengan perasaan dan berusaha memahami posisi mereka. Semoga dihadapan terang Sabda Allah dan Roh pemberi karunia, lenyaplah kegelapan dosa dan kebutaan manusia tak beriman, dan semoga hati Yesus Hidup dalam hati semua orang. Amin
Monday, 30 January 2012
SOAL ATURAN
Ketika saya duduk di seminari menengah, seorang teman dekat saya memiliki kebiasaan untuk mengeluh. Dia mengeluh untuk banyak hal sehingga hampir tiada hari dilewatkan tanpa mengeluh. Bila diprosentasikan maka keluhan tentang aturan seminari mendapat porsi terbanyak. Ada banyak argumen yang diutarakannya termasuk aturan olahraga yang dibagi dalam kelompok. Menurutnya aturan semacam ini, bukan hanya membuat orang tertekan secara psikis tetapi juga mematikan kreatifitas dan inovasi seseorang. Akhirnya dalam bulan terakhir menjelang ujian akhir sekolah, ia memutuskan untuk menarik diri dari lembaga panti imam tersebut. Apakah di luar sana ada sebuah kebebasan mutlak tanpa control dalam bentuk aturan? Tidak. Di mana saja kita berada selalu dihadapkan dengan aneka aturan agar kebebasan kita tidak mengganggu apalagi membatasi kebebasan orang lain. Pada prinsipnya aturan atau hukum dibuat untuk sebuah tujuan yang baik tetapi persoalan selalu muncul ketika orang yang membentuk, menjaga dan yang menjalankan aturan tersebut memiliki persepsi atau cara pandang beragam atas aturan yang sama. Bandingkan saja situasi sosial di tanah air kita akhir-akhir ini. Hukum dengan mudah digadai dan diputarbalikkan sehingga yang kerap terjadi adalah yang benar disalahkan dan yang salah dibenarkan. Bandingkan proses hukum seorang koruptor yang mencuri uang rakyat bermilar-miliaran rupiah dengan seorang pencuri bunga dan sandal jepit.
Penginjil Markus menampilkan cerita Yesus tentang esensi sebuah aturan atau hukum. Masyarakat Yahudi pada zaman Yesus memiliki sebuah aturan atau hukum pengsakralan hari sabat sebagai hari khusus bagi Tuhan. Hal ini bertolak dari kisah kejadian tentang bagaiman Allah menciptaka langit dan bumi selama enam hari dan pada hari ketujuh dia beristrahat setelah menyaksikan semuanya itu baik. Aturan hari sabat menerapkan prinsip tunggal yakni tidak ada aktifitas lain kecuali bersujud dan berdoa kepada Yahwe. Apapun kegaitan tersebut walaupun untuk sebuah tujuan mulia tetap dikatakan dosa karena melanggar hukum hari sabat dan terjadilah demikian. Untuk mengisi perut yang keroncongan, para murid Yesus memetik bulir gandum. Yesus dimintai keterangan atas sikap pembangkangan para murid. Namun Yesus tidak bergeming sedikitpun. Ia mengunakan sebuah hukum tertinggi yakni penghargaan terhadap martabat manusia. Segala bentuk aturan atau hukum mestinya bermuara pada penghargaan atas martabat manusia yang merupakan citra Allah sendiri. Menurut Yesus aturan diciptakan untuk manusia dan bukan sebaliknya manusia untuk aturan. Yesus menujukkan legitimasi kekuasaannya atas surga dan dunia dengan mengatakan bahwa dirinya adalah tuan atas hari sabat.
Perjalanan panjang karya Yesus diwarnai dengan pesan-pesan pembaharuan dan tidak sedikit bersifat kontroversial dan revolusioner. Hukum itu mesti ditegakkan sejauh tidak membelenggu manusia sebagai pribadi yang bermartabat. Akhir-akhir ini dengan adanya sistem otonomi daerah, produksi undang-undang di daerah dan negara kita begitu banyak. Lebih parah lagi ketika tidak ada batasan yang jelas antara ruang privat, ruang publik dan doktrin agama. Semua orang binggung, baik masyarakat maupun lembaga pencetak undang-undang atau hukum itu sendiri. Kebingungan merambat pada pihak penegak hukum dan pengambil keputusan seperti hakim dan jaksa. Anda, saya dan kita semua berada dalam situasi binggung. Di tengah virus kebingungan ini apakah ada obat penawar yang menyajikan pencerahan dan solusi? Tidak ada cara lain selai kita harus kembali pada roh dari hukum itu sendiri yakni memberi kelegaan bagi mereka yang haus akan kebenaran dan keadilan sembari tetap menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai citra Allah yang maha luhur. Perjuangan ini butuh kesabaran dan pengorbanan. Hal pertama yang mesti dibuatnya yakni memutuskan mata rantai gurita banalisasi kejahatan yang selalu datang menawarkan diri dalam beragam cara dan bentuk. Ketahuilah gurita kejahatan itu telah merasuki ranah kehidupan kelurga dan karya pelayanan gereja. Di sini pemikiran rasional, iman dan hati nurani hendaknya dipakai sebagai benteng agar kita tidak terseret pada virus kebinggungan yang berkepanjangan. Ingat, orang yang luar biasa itu selalu sederhana dalam ucapan tetapi hebat dalam tindakan.
SOAL PROSEDUR
Dalam berbagai urusan, banyak lembaga baik pemerintah, swasta maupun gereja sangat menekankan prosedur. Prosedur adalah tata cara yang mesti dilewati sehingga sebuah urusan mudah diakomodir, diteliti dan diifentarisasi. Dari satu sisi prosedur sangat penting dan bermanfaat karena berkaitan dengan kewenangan dan transparansi tetapi ada kecenderung dalam sebuah prosedur yang berbelit-belit, memberi peluang pada sikap kolusi dan nepotisme. Dalam kehidupan masyarakat prinsip “orang dalam” menjadi tren yang tidak bisa disangkal. Kemudahan dalam sebuah urusan tidak terletak pada prosedur yang rapi, jelas dan transparan tetapi terletak pada sejauhmana kita mengenal orang dan orang mengenal kita. Walaupun tidak selalu benar, biasanya sanak keluarga dari seorang pejabat publik atau tokoh agama selalu mendapat banyak kemudahan dalam urusan dalam masyarakat dan gereja dibandingkan masyarakat atau umat biasa yang tidak memiliki kerabat yang berpengaruh baik dalam hal ekonomi, politik maupun keagamaan.
Penginjil Markus menampilkan cerita Yesus tentang kehidupan masyarakat Yahudi pada zaman Yesus yang menekankan prosedur. Tata cara yang menyimpang dari prosedur yang digariskan dalam aturan atau hukum adalah tindakan bodoh yang mesti dipertanggungjawabkan. Yesus diamat-amati Kaum Farisi, jangan-jangan ia menyembuhkan orang pada hari sabat. Di sini bukan soal hasil tetapi soal cara atau proses. Sejauh tindakan itu tidak mendapat legitimasi dalam sebuah hukum atau aturan maka tetaplah merupakan sebuah kesalahan walaupun tindakan itu bermanfaat atau dapat menyelamatkan sebuah nyawa. Itulah hukum hari sabat versi penganut Yahudi klasik. Yesus mengajukan sebuah pertanyaan kritis dengan dasar moral dan teologis yang jelas, manakah yang diperbolehkan pada hari sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membunuh orang lain. Tidak ada jawaban apalagi diskusi dari kaum farisi atas pertanyaan tersebut. Akal dan hati nurani mereka kaku, gugup dan gagap sehingga yang tersisa adalah butir-butir kebencian untuk menghabisi nyawa Yesus. Yesus mengabaikan prosedur dalam sebuah hukum hari sabat yang kaku dan kehilangan orientasi demi kebahagiaan dan keselamatan umat manusia.
Bukan tidak mungkin dalam tugas dan karya, kita terseret dalam dua ekstrim berbeda soal prosedur dalam sebuah aturan atau hukum. Pada satu sisi ada kecenderungan untuk menekankan prosedur. Kita berpikir dan merasa bahwa prosedur adalah segala-galanya dan selalu berusaha bersembunyi didalamnya. Ketika dimintai jawaban logis dari esensi aturan tersebut ,dengan enteng kita menjawab: Maaf, ini aturan atau regulasi yang sudah ditetapkan. Di sisi lain kita mengabaikan prosedur untuk meloloskan kepentingan diri, keluarga dan kerabat kenalan kita. Hak dan kebutuhan orang lain bukan menjadi tanggungjawab kita. Yang dimaksudkan Yesus dalam injil suci hari ini, bukan bermaksud agar kita bersembunyi dibalik sebuah aturan atau mengabaikan aturan untuk kepentingan diri tetapi hendaknya aturan atau hukum dijadikan sarana bagi kita untuk mengembangkan diri sembari mengakui dan menghargai hak dan martabat orang lain. Dalam kehidupan mengereja, tentu kita tidak bisa dilepaspisahkan dari yang namanya prosedur atau aturan. Untuk itu kita mempunyai tanggungjawab moral untuk mengkritisi semua aturan yang membelenggu umat dan mendukung aturan yang memberdayakan dan mendukung perkembangan iman umat. Ketahuilah mengakui kesalahan dan melakukan perubahan atas kesalahan adalah bentuk tertinggi dari penghormatan atas diri sendiri.
SOAL KEJAHATAN
Dalam berbagai pemberitaan baik melalui media cetak maupun elektronik, kasus kejahatan hampir tidak pernah absen. Terlihat cukup jelas bagaimana kejahatan dalam berbagai kategori dapat diperankan oleh siapa dan di mana saja karena tidak butuh kursus atau keahlian khusus. Dengan demikian, anda, saya dan kita semua mempunyai kecenderungan dan kemampuan untuk berbuat jahat. Secara sederhana, kejahatan dimengerti sebagai upaya mencari dan meraih keuntungan bagi diri sendiri dengan mengorbankan kebaikan dan kebahagiaan orang lain. Pertanyaan mendasar untuk kita refleksi bersama yakni mengapa dan untuk apa orang berbuat jahat. Apakah orang melakukan kejahatan karena ketiadaan pengetahuan tentang yang baik ataukah kejahatan merupakan warisan terberi? Kalau manusia menyebut diri sebagai citra Allah mengapa manusia harus berbuat jahat selagi masih ada kemampuan untuk melakukan yang baik. Mungkin perlu dipahami bahwa kejahatan itu tidak seharusnya ada dalam diri manusia. Dengan ini mau menegaskan bahwa pada dasarnya manusia itu baik. Kejahatan muncul ketika ia tidak mampu menata hati nurani untuk mengelakkan yang jahat dan melakukan yang baik.
Penginjil Markus manampilkan cerita Yesus tentang pengakuan roh-roh jahat bahwa Yesus adalah anak Allah. Cerita yang unik dan menarik walaupun menyisakan banyak kebingungan. Roh jahat yang yang dikenal sebagai musuh terbesar kebaikan, kebenaran dan kekudusan justru berteriak penuh semangat bahwa Yesus adalah anak Allah. Apakah ini tanpa pertobatan roh-roh jahat sekaligus akhir dari segala peperangan dan penderitaan manusia? Tidak. Roh-roh jahat tetap merupakan musuh abadi baik untuk Yesus maupun umat manusia seluruhnya. Tidak heran kalau Yesus melarang mereka untuk memproklamirkan diri-Nya sebagai anak Allah. Iblis mempunyai seribu satu cara untuk menjerat manusia. Ia terkadang tampil sebagai naga merah padam yang serem dan menakutkan tetapi terkadang tampil sebagai naga putih bercahaya, dengan tatapan mata yang sayu dan penuh kelembutan. Sekali manusia lengah, maka ia akan mengulurkan cakarnya, mencincang dan menjerumuskan manusia dalam lembah dosa yang menakutkan.
Ketahuilah dan sadarlah, iblis itu telah ada dalam dunia. Ia hadir dalam aneka wajah dan cara untuk memburu manusia yang mempunyai kadar iman yang lemah. Kalau boleh menerka, bidang politik, ekonomi dan agama menjadi sarana empuk bagi iblis bertahta. Dalam bidang politik, terlihat jelas dalam pribadi yang haus kekuasaan, gila hormat dan popularitas. Kebenaran bisa saja dimanipilasi demi agenda pribadi dan partai. Sementara dalam bidang ekonomi nampak dalam pribadi yang tidak pernah puas dengan harta kekayaan. Bila si miskin memikirkan hari ini makan apa, maka si kaya yang tamak akan sibuk berpikir makan siapa dan di mana. Lain halnya dengan iblis yang bersantai ria dalam kehidupan mengereja. Ia bisa merasuki jiwa seorang pemimpin atau pengurus gereja dengan tingkah laku dan tutur kata yang kelihatan sopan, lembut dan bersahabat tetapi menyimpan banyak kemunafikan dalam bentuk ambisi pribadi, gila hormat dan kesalehan palsu. Sekali lagi, iblis bekerja dalam sebuah jaringan yang jelas dan rapi. Ia tidak lagi hadir dalam bentuk yang bringas, seram dan bertanduk tujuh tapi bisa hadir dalam pribadi yang ramah dan mempesona. Bacaan suci hari ini mengajak kita untuk kembali dan melihat diri kita, apakah semangat yang berkobar dalam diri kita, baik dalam karya dan doa-doa kita, sungguh-sungguh bertujuan memuliakan Allah dan berjuangan demi kebahagiaan dan kesejahteraan sesama? Ataukah sebaliknya. Jawabanya ada dalam hati kita masing-masing. Ketahuilah sifat cinta dan iman dalam diri kita sama seperti sifat air dalam tanah. Apabila kita tidak cukup dalam menggali maka anda mendapatkan air yang keruh tetapi apabila kita mengali cukup dalam maka kita mendapatkan air yang bersih dan jernih.
SOAL PANGGILAN
Apakah arti sebuah panggilan? Panggilan selalu mengisyiaratkan dua hal yakni kita dipanggil atas nama tertentu dan atas dasar sebuah kebutuhan. Sebuah adagium klasik yang tetap relevan dan aktual yakni nomen is omen. Nama adalah tanda. Tanpa sebuah nama kita menjadi pribadi yang anonim, tanpa identitas dan hampir pasti tanpa jati diri. Tidak heran kalau banyak orang akan merasa tersinggung kalau orang dengan sengaja atau tidak sengaja salah memanggil namanya. Dengan menyandang sebuah nama tertentu maka kita mengambil bagian dari kehidupan sosial masyarakat. Selain itu untuk sebuah nama orang banyak mempertaruhkan banyak hal karena nama berkaitan dengan harga diri, identitas kelompok atau suku. Selain itu, orang menyebut atau memanggil nama tertentu berhubungan erat dengan kebutuhan. Kita memanggil orang karena kita butuh. Dalam dunia usaha dan karya, kualitas diri kita seperti keahlian dalam bidang tertentu menjadi alasan mendasar bagi orang memanggil kita untuk menjadi partner usaha. Sementara dalam kehidupan rumah tangga atau keluarga, kita dipanggil atas nama yang unik dan has sebagai tanda bahwa kita sungguh dicintai.
Penginjil Markus, menampilkan cerita Yesus tentang bagaimana ia memanggil orang-orang khusus yang dikehendakinya. Orang-orang khusus yang mau digaris bawahi dalam cerita ini adalah mereka yang dipanggil bukan karena inisiatif pribadi mereka tetapi mereka yang membuka diri atas tawaran dan inisiatif yang datang dari Yesus. Dalam hal ini Yesus memiliki kuasa mutlak untuk menentukan siapa yang pantas untuk menjadi partnernya dalam menyebarkan cinta Allah di dunia. Sederetan nama disebutkan sehingga membentuk kelompok dua belas rasul. Satu hal menarik yang perlu dimaknai yakni kehadiran seorang Yudas Iskariot , yang dengan tahu dan mau mengkhianati Yesus, gurunya sendiri. Hemat saya, Yesus mau men gajarkan kepada kita arti sebuah pilihan dasar dan nilai kebebasan serta komitmen untuk menjadi murid Yesus.
Keberadaan kita sebagai pengikut Yesus dilandasi oleh pemikiran dasar bahwa kita adalah peziarah yang tanpa nama. Kita memiliki nama dan arti hanya dalam diri Yesus Kristus yang tersalib. Dengan demikian kehadiran kita bukan sekadar meramaikan dunia dan menghabiskan waktu kurang lebih tujuh puluh tahun dan delapan puluh tahun jika kita kuat tetapi membuat dunia mendapat arti penuh melalui keberadaan kita. Perlu diketahui bahwa Yesus memanggil kita secara pribadi dengan nama kita masing-masing. Atas nama dan diri kita yang unik dan khas Tuhan menganugerahkan bakat dan talenta yang unik dan khas pula. Kita bermain dalam peran yang beragam tetapi bermuara pada tujuan tunggal yakni membuat hidup kita lebih berarti dengan cara membahagiakan orang lain dan memuliakan Allah. Di sini panggilan kita sebagai orang Kristen adalah anugerah semata, maksudnya kita tidak seharusnya ada tetapi hanya dalam dan melalui Yesus kita mendapat arti penuh sebagai anak-anak Allah yang terkasih. Semoga Tuhan meneguhkan segala niat dan komitment kita sekalian untuk membaharui diri dengan menjawab panggilan Yesus secara bebas dan bertanggungjawab. Akhirnya semoga dihadapan Sabda Allah dan Roh pemberi karunia, lenyaplah kegelapan dosa dan kebutaan manusia tak beriman dan semoga hati Yesus hidup dalam hati semua orang