Saturday 21 July 2012

SOAL JEMBATAN

Berbicara tentang jembatan bukanlah hal yang baru. Jembatan bisa dipakai untuk berbagai konteks atau juga dalam bentuk kiasan digunakan dalam beragam arti. Dalam arti aslinya jembatan dimengerti sebagai sarana ideal yang didesain untuk menghubungkan medan yang sulit atau curam. Jembatan bisa juga dilekatkan pada seorang jurubicara, diplomat atau pengacara. Peranan sebuah jembatan atau orang yang bertindak sebagai jembatan sangat ideal tetapi sekaligus menantang. Jembatan yang baik biasanya memberi kemudahan dalam hal transportasi dan efesiensi dalam hal waktu, biaya dan tenaga. Demikian halnya seorang yang bertindak sebagai jembatan, ia bisa menjadi orang kepercayaan dari dua belah pihak yang mebutuhkan jasanya. Bandingkan saja tugas seorang duta besar atau diplomat. Walau demikian tugas seorang “jembatan atau juga sering disebut juru bicara memiliki tantangan tersendiri. Keputusan dan kesepakatan yang saling menguntungkan antara dua belas pihak sangat bergantung pada sepak terjangnya. Semakin cerdas, trampil dan bijaksana seorang juru bicara maka semakin besar terjadinya sebuah keputusan dan kerjasama yang akrab dan penuh persaudaraan. Lalu bagaimanakah bila sebuah jembatan atau seorang yang bertugas sebagai jembatan menyalahgunakan fungsinya sebagai penghubung atau penyalur informasi yang baik? Tentunya yang ada adalah kesalahpahaman, saling curiga dan berakhir pada konflik atau perselisihan. Penginjil Matius hari ini, menampilkan cerita biblis tentang eksistensi Yesus sebagai jembatan sebagaimana yangditegaskan nabi Yesaya, "Lihatlah, itu Hamba-Ku yang Kupilih, yang Kukasihi, yang kepada-Nya jiwa-Ku berkenan, Aku akan menaruh roh-Ku ke atas-Nya dan Ia akan memaklumkan hukum kepada bangsa-bangsa. Ia tidak akan berbantah dan tidak akan berteriak dan orang tidak akan mendengar suara-Nya di jalan-jalan. Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya, sampai Ia menjadikan hukum itu menang. Dan pada-Nyalah bangsa-bangsa akan berharap”. Kata-kata yang disampaikan Nabi Yesaya ini adalah penegasan Allah sendiri akan diri Yesus sebagai Sabda Allah yang telah menajdi manusia. Yesus adalah penghubung atara yang Ilahi dan manusiawi, antara yang fana dengan yang abadi, antara dunia dan surga. Itu berarti kehadiran Yesus sudah diramalkan jauh sbelum Yesus hadir. Kehadiran Yesus bukan sesuatu yang tiba-tiba atau mendadak tetapi direncanakan Allah semenjak dunia diciptakan. Dengan demikian manusia sangat bernilai dan luhur di mata Allah. Panggilan hidup kita sebagai orang Kristen adalah panggilan untuk menjadi jembatan atau duta Allah untuk menjadi iman, nabi dan raja. Kehadiran Allah sangat terasa bagi sesama kita sejauh mereka mampu melihat keindahan dan kekhasan diri kita sebagai duta kasih Allah dalam hal cinta, persaudaraan, maaf dan kesetiaan. Upaya kita untuk menyalurkan kasih Allah dalam kata dan perbuatan merupakan sebuah perjuangan yang tak pernah berakhir. Dari setiap detik hidup yang kita lalui, selalu saja ada hal tersulit dan terpahit yang bakal kita alami untuk menguji kekuatan dan ketegaran hati kita. Setiap musim kita digilas oleh banyak kesulitan dan tantangan hidup dan pada saat yang sama iman dan harapan kita sebagai utusan Allah dimurnikan. Jangan pernah takut karena pada saat itu kita bisa bersaksi bahwa kita hanyalah alat di tangan Tuhan. Tuhan adalah Dia yang setia dalam segala situasi hidup kita. Jadilah jembatan kebaikan sebelum setan memakaimu sebagai jembatan kejahatan dan kemunafikan. Semoga dihadapan terang Sabda Allah dan Roh pemberi karunia lenyaplah kegelapan dosa dan kebutaan manusia tak beriman dan semoga hati Yesus hidup dalam hati semua orang. Amin
Share: