Monday, 30 January 2012

SOAL BERADAPTASI

Pernahakah kita sadar bahwa perubahan dan keberagaman itu adalah dua hal yang saling mengadaikan. Kita tidak bisa berbicara bahkan memikirkan sebuah perubahan tanpa adanya keberagaman atau dengan bentuk lain, keberagaman adalah adalah motor pengerak adanya perubahan. Keberagaman dalam hal ini hadir dalam beragam bentuk seperti keberagaman dalam cara pandang dan gaya hidup. Tidak heran, untuk sebuah perubahan dan inovasi baru, benturan cara pandang dan gaya hidup antar generasi kerap terjadi. Kebanyakan generasi tua senang bernostalgia pada masa lalu dan berusaha mengformat generasi muda dalam cara pandang dan gaya hidup zaman dulu sementara generasi muda cenderung melihat nilai yang ditawarkan generasi tua sebagai bahan rongsokan yang pantas disampahkan karena ketinggalan zaman sembari mengikuti nilai yang ditawarkan zaman modern yang terkadang samar-samar. Lalu bagaimana sikap kita dalam upaya merangkai suasana damai dan persaudaraan dalam keberagaman untuk sebuah perubahan yang bersifat kontruktif dan produktif? Hampir sulit memikirkan hal lain kecuali beradaptasi. Beradaptasi bukan berarti ikut arus tanpa jati diri, komitmen dan tanggung jawab. Beradaptasi berarti terbuka terhadap arus zaman tetapi tetap berakar pada nilai luhur yang diwariskan seperti iman dan pengakuan kita akan penyelenggaraan Allah. Dihari keenam belas dalam bulan pertama ditahun 2012 ini, kita disuguhkan cerita Yesus tentang merangkai perbedaan dalam sebuah perubahan dengan beradaptasi. Penginjil Markus menceritakan bagaimana orang mempertanyakan perbedaan gaya hidup murid-murid Yesus dan murid-murid Yohanes dalam hal berpuasa. Ketika murid-murid Yohanes berpuasa, pada saat yang sama murid-murid Yesus bersantai ria atau berleha-leha tanpa beban. Menjawabi pertanyaan ini, Yesus mengangkat sebuah analogi secari kain baru pada kain yang lama serta anggur yang baru pada kantong yang tua. Kain yang baru janganlah ditambalkan pada kain yang lama karena akan mencabiknya demikian halnya kantong anggur yang baru jangan dituangkan pada kantong anggur yang lama supaya jangan sampai basi, terbuang atau tidak terpakai. Dalam hal ini, Yesus menegaskan bahwa Ia adalah muara akhir dari doa dan puasa yang dibuat manusia. Ia adalah Allah yang menjelma menjadi manusia. Logikanya cukup jelas yakni untuk apa berpuasa selagi Dia yang menjadi sasaran akhir dari puasa kita sudah ada. Dalam hal ini, murid-murid Yesus tidak perlu berpuasa karena Yesus ada diantara mereka. Ceritanya lain kalau Yesus tidak ada maka para murid pasti dan harus berpuasa. Hidup ini penuh warna sehingga kelihatan sangat indah. Tanpa sebuah perbedaan maka di sana tidak ada keindahan, dinamika dan perubahan. Dari perbedaan-perbedaan itu kita disatukan tetapi bukan untuk disamakan namun untuk disesuaikan. Untuk sebuah persaudaraan, toleransi dan tenggang rasa, hal pertama yang mesti diakui dan disadari yakni kita beda. Hanya dengan pengakuan dan kesadaraan akan adanya perbedaan maka kita dapat mencitai dan mengharagai perbedaan itu. Ketahuilah perbedaan atau keberagaman adalah motor pengerak sebuah perubahan. Dalam konteks bacaan suci hari ini, kita diajak agar menyadari diri kita sebagai sebuah komunitas umat manusia yang sedang berziarah menuju rumah Allah. Kita yakin dan percaya, apapun cara dan gaya kita dalam berdoa dan berpuasa semuanya tetap bermuara pada satu tujuan yakni membahagiakan sesama dan memuliakan Allah. Kadang-kadang kita mengatasi situasi sulit hanya dengan bersedia memahami orang lain. Sering yang paling dibutuhkan oleh seseorang adalah ada orang lain yang peduli dengan perasaan dan berusaha memahami posisi mereka. Semoga dihadapan terang Sabda Allah dan Roh pemberi karunia, lenyaplah kegelapan dosa dan kebutaan manusia tak beriman, dan semoga hati Yesus Hidup dalam hati semua orang. Amin
Share:

1 comment: