Saturday 28 January 2012

TENTANG KESUNYIAN

Bagi seorang yang malas berpikir kecenderungan untuk menyamakan term kesunyian dan kesepian sangat tinggi. Baginya kesunyian hanyalah bentuk lain dari kesepian, atau kesepian bersinonim dengan kesunyian. Padahal kesunyian sangat berbeda baik dalam arti, makna maupun aplikasinya. Dalam dan melalui kesunyian, seseorang dalam menembus waktu, melitasi yang manusiawi menghadap yang Ilahi atau gerbang masuk dari yang provan menuju yang transenden. Dalam kesunyian segala kreatifitas yang produktifitas dapat terjadi. Bandingkan kehidupan para rahib yang menghabiskan waktu untuk mencari dan mengejar kesunyian atau boleh bertanya pada penyair dan seniman, darimanakah mereka menimba inspirasi selain dari sebuah kesunyian? Lalu apakah itu kesunyian? Kesunyian adalah keabadian. Dalam sebuah kesunyian segala yang misteri tersingkap sebab Allah adalah kesunyian itu sendiri. Lalu bagaimanakah dengan kesepian. Kesepian tidaklah lebih dari sebuah kehampaan. Suasana tersudut tanpa sebuah kreatifitas dan produktifitas. Kehidupan seorang yang kesepian seperti bayang-bayang yang tanpa nama dan tujuan. Tidak ada tempat yang tepat bagi seorang yang mengalami kesepian di dunia ini selain harus memutuskan untuk segera meninggalkan dunia ini secepatnya. Ketahuilah ketidakmampuan seseorang mengejar, meraih dan memiliki kesunyian akan berakhir pada kesepian. Cerita Yesus yang ditawarkan kepada kita hari ini, mengajak kita untuk menyingkap misteri kesunyian dalam sebuah benih. Semua benih dari berbagai jenih pohon harus tertanam di dalam tanah sebelum akhirnya membelah diri dan membentuk kehidupan baru. Ada yang butuh waktu berminggu-minggu tetapi adapula yang hanya butuh waktu berhari-hari. Berdasarkan penelitian ilmiah dan pengalaman harian seorang petani, malam hari adalah saat yang tepat dan tampan bagi sebuah bulir mendaur diri untuk kemudian menumbuhkan kehidupan baru. Semua itu berlangsung sangat alamiah dan misteri. Kesunyian adalah jawabanya. Hari ini Yesus membandingkan Sabda Allah dengan sebuah biji sesawi yang dari segi bentuk sangatlah kecil dan sederhana dari jenis biji-bijian lainya. Tetapi ketika ia tumbuh, maka ia menjadi pohon terbesar dari semua jenis pohon. Yesus berani menyamakan kerajaan Allah itu dengan biji sesawi dan hati kita adalah tanahnya. Sabda Allah itu menetap dan hidup dalam diri manusia yang mencintai dan berusaha memiliki kesunyian. Hanya dalam kesunyian sebuah bulir dapat membelah diri dan bertumbuh demikian halnya dengan Sabda Allah dapat hidup dan bertumbuh dalam hati yang damai, tenang, sabar dan penuh persaudaraan. Kesunyian dapat mendaur segala bentuk depresi, rasa kecewa, marah dan putus asa dan menjadikan diri kita lebih tenang, mudah menemukan solusi dan menghindari persoalan baru. Dalam kehidupan sehari-hari, kita selalu menjadikan kesibukan dalam tugas atau karya sebagai alasan bagi kita untuk tidak menemukan kesunyian dalam diri. Kita banyak menghabiskan waktu di tempat kerja, di depan televise atau di tempat hiburan ketimbang berada beberapa menit dalam gereja atau ruang doa untuk menimba inspirasi dari Allah dalam kesunyian. Allah adalah kesunyian karena segala sesuatu ia ciptakan berdaya guna, kreatif dan produktif termasuk diri kita manusia. Maka tentang usaha mencari kesunyian dapat dikatakan bahwa ketika kita memulainya dengan sebuah kepastian maka kita akan berakhir dalam keraguan tetapi jika kita memulainya dengan keraguan dan bersabar di dalamnya maka kita akan berakhir dalam kepastian. Oleh karena itu kembalilah ke dalam diri dan temukan kesunyian sebab di sana ada dia yang sedang menunggu dan merindukan kita yakni Tuhan sendiri.
Share:

0 comments:

Post a Comment