Dalam hidup ini kita selalu mempunyai seribu satu alasan untuk bersyukur. Kita pantas dan wajib bersyukur karena hidup ini anugerah semata. Sebagai sebuah anugerah, kita tidak mempunyai wewenang untuk menentukan keberadaan hidup kita termasuk soal kelahiran dan kematian. Kapan dan bagaimana seseorang lahir atau meninggal, semuanya berada dalam sebuah misteri abadi. Sebagai seorang beriman kita yakin dan percaya, Tuhan adalah penyelenggara kehidupan Manusia. Tuhan adalah alva dan omega, sumber sekaligus tujuan akhir perziarahan hidup manusia. Tanpa kehadiran dan campur tangan Tuhan, kita hanyalah bayang-bayang yang tanpa makna dan tujuan. Oleh karena itu, ungkapan syukur kita dalam doa, amal dan puasa bukanlah sebuah rutunitas belaka sebagai seorang beragama tetapi sebagai kewajiban dan keharusan yang dijalani penuh kesadaran. Sebuah fakta yang mencemaskan akhir-akhir ini yakni banyak orang yang mempolitisi agama. Kosekuensinya jelas, iman dijadikan sebagai sebuah kesenian semata yang penuh permainan dan sandiwara. Syukur bukan lagi menjadi kata kehidupan yang mengalir dari hati tetapi hanyalah sebuah pertunjukan batiniah yang sarat kepentingan. Padahal bersyukur kepada Tuhan harus nampak dalam sebuah sikap hidup yang tulus karena respek yang tinggi kepada yang Ilahi.
Penginjil Matius hari ini menampilkan cerita Yesus soal suka cita-Nya dalam sebuah nada syukur. Yesus bersyukur kepada bapa-Nya di surga yang telah menyatakan kebesaran-Nya dalam pribadi-pribadi yang sederhana yang kelihatan kecil di mata dunia. Yesus berdoa dengan menyapa Allah sebagai Bapa: “Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil.” Yesus bersyukur karena Allah menyembunyikan semuanya bagi orang bijak-pandai dan menyingkapkan bagi orang kecil. Orang bijak artinya terpelajar/berilmu; orang pandai artinya pintar/inteligen; orang kecil artinya belum berilmu. Orang bijak-pandai mengklaim berpengetahuan mendalam tentang Allah; orang kecil merasa tidak tahu banyak tentang Allah, tetapi mengakui kehadiran Allah dalam diri Yesus. Karena itu bagi orang-orang kecil dinyatakan “semuanya itu”. Semuanya itu berkenaan dengan Bapa yang mempercayakan segala sesuatunya kepada Yesus, yaitu kuasa sebagaimana dimiliki-Nya sendiri. Karena misteri Allah yang tak mungkin dimiliki siapapun itu ada pada Yesus, maka hanya Yesus dapat mengenal sepenuhnya Bapa dan hanya Bapa dapat mengenal sepenuhnya Dia.
Mengenal bukan saja berarti mengetahui, tetapi suatu intimitas yang menciptakan relasi khusus antar dua pribadi. Karena itu pula hanya Yesus dapat menyingkapkan sepenuhnya diri Bapa dan hanya orang yang kepadanya Ia berkenan menyatakannya dapat mengenal Bapa. Dalam hidup kita setiap hari, terkadang kita mengetahui diri sebagai seorang beragama tetapi sedikit sekali yang mengenal diri sebagai orang beriman. Kosekuensinya kita hanya bersyukur atas semua pristiwa hidup yang menyenangkan dan membahagiakan. Sedikit sekali bahkan tidak pernah kita menerima semua pengalaman pahit atau menyakitkan dengan sedikit rasa syukur. Kita kerapkali mengutuki diri dan mempertanyakan kekuasaan dan penyelenggaraan Tuhan dalam hidup kita. Kita diajak untuk semakin mengenal diri dan kuasa Tuhan atas hidup kita dan senantisa bersyukur dalam segala situasi hidup yang kita alami baik yang mengembirakan maupun yang menyakitkan. Yesus mengajarkan kita untuk selalu bersyukur dalam Roh sebab kita memang terlahir untuk bersyukur. Ketahuilah, sebuah hati yang tidak tahu bersyukur adalah hati yang tidak mengenal diri dan sudah pasti tidak mengenal Allah. Bersyukurlah selalu sebelum anda dihakimi oleh diri anda sendiri sebagai pribadi yang tidak tahu diri karena tidak mengenal diri. Semoga dihadapan terang Sabda Allah dan Roh pemberi karunia lenyaplah kegelapan dosa dan kebutaan manusia tak beriman dan semoga hati Yesus hidup dalam hati semua orang. Amin
0 comments:
Post a Comment