Wednesday, 29 March 2017

Cakrawala di Kaki Ebulobo



Prolog
            Cerita Cakrawala di “Muara Benenain-Malaka” telah sampai ke puncak Mutis. Kuyakin lembaran indah cakrawala di puncak Mutis pada Tahun IV/Edisi 63/Vol.1/Januari-2017 telah menyapa pembaca sekalian. Kisah “Raja Mutis” dan “Gadis Malaka” terurai sudah. Romantis bukan? Hmm...kali ini, kita akan bersama menikmati cerita Cakrawala di Kaki Ebulobo. Gunung Ebulobo dikenal juga sebagai Emburombu atau puncak Nagekeo. Ebulobo menjulang di atas Kecamatan Boawae, yang terletak di bawah lereng barat laut gunung tersebut, berbentuk simetris dengan ketinggian 2124 m. Sejarah letusannya, tercatat sejak 1830 antara lain berupa lelehan lava di lereng utara serta letusan-letusan eksplosif pada puncak kawahnya.
            Dari rusuk barat Ebulobo, terlihat pula sebuah gunung dengan kerucut seperti tumpeng sempurna. Inerie namanya. Hikayat tua juga bercerita jika Ebulobo atau si Amburombu adalah suami sah dari sang Inerie. Sayangnya mereka tidak selalu romantis. Suatu hari Inerie marah besar. Ia melemparkan sendok ke arah Ebulobo hingga satu giginya tanggal. Itulah mengapa ada sedikit lekukan di puncak gunung Ebulobo.
           
Cakrawala di Kaki Ebulobo
Pada kaki Ebulobo, cakrawala merebahkan mimpinya. Membagi asa yang tidak pernah redup untuk generasi emas Nagekeo. Seorang putra energik membawa tim cakrawala berkelana. Dari Aeramo menuju Keo Tengah dan dari Gako menuju Nangaroro. Primus Buza Azi, namanya. Ia seakan di-“tunjuk” sang Ebulobo dan dipilih cakrawala untuk mewujudkan mimpi-mimpi kecil generasi muda Nagekeo. Membangun budaya literasi (Baca-tulis) adalah cara cerdas wujudkan mimpi-mimpi kecil mereka.
            “Kakak ... apa yang kita lakukan sekarang sudah “diatur” oleh yang di atas. Kita kerja saja dan tidak perlu berbicara banyak. Cakrawala ada dan akan menghiasi sanubari anak Nagekeo,” ujarnya semangat. Begitulah Primus. Banyak orang berpikir dia seorang rahib tak berjubah. Hampir puluhan kali dalam sehari ia menyebut nama Tuhan. Imannya teguh pada penyelenggaraan Ilahi. Tercermin benar dalam kesehariannya. Ia senang membantu banyak orang walau tidak pernah meninggalkan sikap tegasnya pada prinsip hidup. Semakin mengenalnya, aku makin yakin ia memang di-“tentukan” sang Ebulobo dan dipilih sang cakrawala.
            Dari kaki Ebulobo, cakrawala bergerak dalam satu mimpi tunggal yang menyambut generasi emas NTT 2050 dengan membangun budaya literasi. SMAS Balairiwu Danga-Mbay dan SMPS Patimura Wudu-Boawae adalah sekolah pertama yang dikunjungi cakrawala. Dua sekolah ini adalah perintis munculnya beberapa sekolah lain yang merupakan dampingan Media Pendidikan Cakrawala (MPC) NTT. Begitulah cakrawala bekerja. Datang menyapa, berbagi dan tinggal bersama. Ia datang untuk semua atap sekolah tanpa ada perbedaan swasta dan negeri, PNS atau honorer.
            Ebulobo terlihat cerah. Beberapa sekolah lain datang memberi kabar. Bernafas pada nada yang sama. “Kami siap didampingi tim formator MPC-NTT”. Berturut-turut, SMPN 2 Boawae, SMAN 1 Keo Tengah, SMPN 3 Aeramo, SMAS Setiawan Nangaroro, SMAN 1 Mauponggo, SMAN 1 Aesesa, SMPS Berdikari Raja, SMAN 1 Raja, SMAS Tela Maris Marapokot, SMAS St. Clemens Boawae dikujungi tim formator MPC-NTT. Banyak yang lain menunggu datangnya tahun 2017. Dianggarkan dan dijadwalkan.
Cakrawala telah siap meng-ilmiahkan bumi Nagekeo. Membawa mimpi-mimpi para guru dan peserta didik menuju pribadi cakap, kritis dan berwawasan luas. Hadirnya cakrawala membuat sang Ebulobo melupakan pertengkarannya dengan sang Inerie. Bisa saja sang Ebulobo berpikir, mengapa harus berpikir susah untuk persoalan sepasang orangtua yang renta. Lebih baik memikirkan perasaan dan masa depan anak-anakku dalam rumah Nagekeo ini.

Siap Bersinergi dan Berkolaborasi
            Pujian dan banggaku pada sang pemuda yang di-“tentukan” sang Ebulobo, Primus Buza Azi. Ia menyatukan komitmen dan mimpi para kepala sekolah, kepala dinas dan stakeholders pendidikan lainnya di Nagekeo. Yakin dan percaya bahwa para guru dan generasi muda Nagekeo butuh pendampingan serta dukungan MPC-NTT. Membangun sebuah iklim pendidikan yang saling bersinergi dan berkolaborasi.
Sang Ebulobo semakin tersenyum lebar. Kepala Dinas PPO Kabupaten Nagakeo, Tarsisius Djogo, S.Sos mewakili pemerintah Nagekeo siap mendukung dan berkolaborasi dengan pihak MPC_NTT untuk menghidupkan budaya literasi di lingkungan sekolah. Menurutnya membangun pendidikan harus sejalan dalam konteks kekinian. Bersinergi dan berkolaborasi strategi ampuh membangun pendidikan di era modern sekarang ini. Pengetahuan dan ilmu  untuk dibagikan kepada peserta didik tidak hanya datang dari para guru tetapi juga oleh seluruh stakeholders pendidikan termasuk media massa. Itu artinya  seluruh stakeholders pendidikan dapat menjadi guru seturut profesi dan keahliannya. Inilah gaya pendidikan kekinian. Bersinergi dan berkolaborasi.  
Tarsisius berbagai cerita tentang sebuah fakta sehingga berani berkesimpulan budaya literasi (baca-tulis) di kalangan guru dan peserta didik dalam wilayah Nagakeo masih rendah. Dari ribuan guru yang ada, hanya baru dua orang yang menempati golongan pangkat IV/B. Sementara banyak guru lain masih tertatih-tatih dalam satu keluhan yang sama yakni kesulitan membuat karya tulis ilmiah. Lalu bagaimana dengan peserta didik? Hmm...pasti lebih parah. Inilah cerita pendidikan kita. Termasuk cerita cakrawala yang datang untuk menawarkan solusi. Kesimpulan sementara bisa diambil. Memorandum of Understading (MoU) dengan MPC-NTT terkait pendampingan penulisan karya ilmiah guru dan ragam tulisan bagi siswa/i adalah keniscayaan/keharusan.
Fidelis Sawu, S.Fil sang formator MPC-NTT wilayah Nagekeo sekaligus salah satu tim penilai angkat kredit kenaikan pangkat guru memberi kesaksian tentang keengganannya saat pertama hendak bergabung dalam dalam tim MPC-NTT.
“Saat itu saya berpikir, selagi ada yang di daerah bisa mendampingi sesama guru, untuk apa hadirkan pihak lain termasuk media. Toh, kita bisa laksanakan sendiri. Karenanya saya mulai mengajak dan “mempengaruhi” banyak guru untuk menggelar pendampingan menulis tanpa kehadiran tim formator MPC-NTT. Kegiatan berlangsung baik walau akhirnya muncul kesulitan baru. Karya tulis para guru wajib dipublikasikan. Butuh media berupa majalah atau jurnal ber-ISSN. Cakrawala memiliki majalah dan jurnal ber-ISSN tingkat Provinsi NTT. Kita butuh media. Kita butuh MPC-NTT sebagaimana sang Ebulobo butuh Cakrawala agar ia terlihat tetap megah, gagah dan bersinar,” ujar mantan Frater ini penuh semangat.

Cakrawala Butuh Dukungan
            Cakrawala tidak akan pernah indah atau megah sendiri. Tentang kemegahan dan keindahan cakrawala adalah apresiasi yang harus datang dari yang lain. Bukan kesaksian dari cakrawala itu sendiri. Bentuk dukungan itu datang dalam ragam rupa. Sebagai contoh, orang bisa bersaksi akan cakrawala yang cerah dan hangat jika ia tidak sudah diterangi dan dihangatkan. Bagaimana kita bisa berbangga pada cakrawala kalau ia ditutup dalam kabut kehitaman? Cakrawala butuh dukungan. Para guru dan siswa harus aktif berkreasi dan berlatih. Jangan pernah mau untuk  selalu digerakkan. Cakrawala datang sekadar untuk mengyakinkan kamu bisa. Lalu? Para guru, siswa dan masyarakat NTT harus buktikan itu. Kita bisa. Siapa bilang NTT itu miskin dan bodoh. Tidak. Para guru dan anak-anak  NTT, bisa.
            Setialah pada mimpi kita. Nota kesepahaman harus dijalankan sebagaimana mestinya. Jangan pernah ber-MoU untuk tiga tahun atau selama enam semester tetapi pelaksanaan hanya satu atau dua kali kegiatan, selebihnya sebagai pemenuhi dokumen akreditasi sekolah. Berharap ini tidak terjadi. Sang Ebulobo pasti tersinggung dan marah. Walau pernah bertengkar, cintanya pada Inerie tetap abadi karena ada sang cakrawala di atasnya
Bangunlah komitmen untuk hidupkan budaya literasi itu. Sisihkan uang untuk membeli buku, membaca dan menulis. Hidupkan majalah didnding atau majalah sekolah. Jangan pernah menulis hanya untuk mengejar kenaikan pangkat. Menulislah terus, sampai bernafas dengan kata-kata dan biarkan kata berbicara. Itulah budaya literasi. Itulah generasi emas NTT.
            Pemerintah daerah, tetaplah menjadi seorang negarawan. Bukan hanya seorang politisi. Seorang negarawan adalah dia yang memikirkan masa depan Nagekeo hingga 100 bahkan 1000 tahun dari sekarang. Dia pasti dan harus memprogramkan kegiatan yang produktif termasuk kegiatan yang digalakkan oleh MPC-NTT ini.  Bila mau jujur, selama ini MPC-NTT berjalan sendiri. Belum ada alokasi  anggaran untuk mendukung gerakan literasi ini. Kami butuh walau tidak pernah berharap banyak. Cerita ini adalah cerita pendidikan kita. Mari, kita bersinergi dan berkolaborasi hingga pada bentuk yang paling konkrit. Termasuk soal alokasi anggaran.
            Adakah MPC-NTT menagih biaya saat tulisanmu dipublikasikan? Tidak. MPC-NTT tidak pernah memurahkan keahlianmu dalam bentuk  lembaran rupiah. Bagi kami buah pikiranmu mahal. MPC-NTT hanya minta kamu terus membaca. Penulis terampil lahir dari seorang pembaca. Berlanggananlah dengan MPC-NTT, supaya kamu terus membaca. Bukan hanya tentang karyamu  yang terpublikasikan tetapi tentang manfaat besar saat kamu terinspirasi dari tulisan orang lain. Berlangganan dengan MPC-NTT, tidak pernah membuatmu jatuh miskin tetapi malah sebaliknya. Kamu diperkaya dan diperkokoh secara batiniah dan nalar.

Epilog
            Inerie terbangun. Cerita akan hadirnya cakrawala di kaki Ebulobo terdengar sudah. Ia pasti bangga. Cakrawala yang pernah melintas di atas kawahnya telah tiba di Ebulobo. Cakrawala memang pernah ke lereng Inerie. SMAN 1 Golewa, SMPN 1 Golewa dan SMAS St. Thomas Aquino Mataloko adalah saksi. Tiga sekolah binaan cakrawala NTT yang setahun terakhir jarang dikunjungi cakrawala. Tahu kenapa? Nanti aku ceritakan

            Walau pernah bertengkar, kenyataan terberi dalam hikayat tua itu pasti. Ebulobo dan Inerie adalah sepasang suami istri. Mereka saling mencintai. Tidak mungkin mereka bercerai. Hukum adat dan agama tidak memungkinkan untuk itu. Cepat atau lambat, cakrawala pasti akan menuju lereng Inerie sebelum melambung menuju puncak kelimutu atau kaki Namparnos di Manggarai. Untukmu Ebulobo, kuucapkan terima kasih. Janji kami pasti. Cakrawalamu datang, berbagi dan ingin tetap tinggal di kakimu. (*) 
Share:

1 comment:

  1. mantap k.Gusty.. tulisan yang memotivasi,, ijin share pak Pres :)

    ReplyDelete