Narator: Berdirilah dengan tegar…seperti karang terjal yang dihantam ombak lautan..jangan pernah pejamkan mata…jangan pernah perlihatkan duka…lihatlah bintang gemintang yang berkerlip dengan terang…di sana ada keabadian bagi cinta yang ditinggalkan..di sana ada keindahan …bagi jutaan kesedihan…..
Adegan I
Trisna : Eh, Mas...tumben hari ini kembali lebih awal. Apa ada yang lupa?
Ricky : Enggak kok sayang, hari ini aku ingin mengajak kamu dan Rino untuk makan di luar.
Trisna : Apa? maksud mas makan di Restauran?
Ricky : Ia dong sayang. Hari ini adalah hari yang paling bahagia buat kita sekelurga soalnya.....aku....aku dinyatakan lulus.......
Trisna : Apa? lulus PNS? Mas tidak bercanda kan?
Ricky : Sayang..... sejak kapan sih, aku boong sama kamu. Suer deh!
Trisna : Mas......(memeluk dan menangis terharu) Kini Tuhan... telah menjawab semua doa dan harapan kita selama ini!
Ricky : Ia sayang.....Aku juga bersyukur pada Tuhan karena mempunyai istri sebaik dan secantik kamu. Kesuksesan ini tidak terlepas dari dukungan kamu
sayang.
Trisna : Aku juga Mas. Aku sangat beruntung dan berbangga memiliki seorang suami seperti kamu. Kamu tuh orang yang selalu membuat hari-hariku
ditaburi rasa bangga dan bahagia. Mas?....
Ricky : Ya sayang?
Trisna : Aku sayang kamu....ha......ha....
Ricky : Hmmmm.....m....ha....ha.....Sayang...sepertinya kamu belum memberi jawaban atas ajakan saya.
Trisna : Em.....ya boleh dong, lagi pula sejak lama aku tidak merasakan pedasnya masakan padang.... Oh ya Mas.... kita hampir lupa jemput Rino di sekolah.
Ricky : Oh iya.... biar aku saja yang jemput Rino, sekaligus juga memberi kejutan soalnya selama ini kan aku jarang menjemput Ino di sekolah.
Trisna : Hm ....m....
(suasana di sebuah Taman Kanak-kanak. Pak Ricky mengetuk ruangan Kepala sekolah Rino)
Guru : Eh...Pak Ricky, Selamat siang Pak, silahkan duduk. Tumben baru kali ini datang jemput Rino.
Ricky : Iya Bu, soalnya selama ini aku selalu pulang terlambat dari Kantor. Lagi pula hari ini aku ingin mengajak Rino dan mamanya makan di luar
Guru : Oh yah? Ada kejutan apa ni? ...
Ricky : Enggak kok bu, sekadar mencari variasi saja. Oh ya bu, Rinonya mana?
Guru : Tunggu sebentar ya pak. Saya pergi panggil..............Rino.....Bapa datang jemput ni...mari.....!
Rino : Mat siang papa..........
Ricky : Mat siang juga No. Oe....anak bapa paling keren ni. Tas kamu dimana?
Rino : Tidak bawa pak...
Ricky : Napa?
Rino : Mama bilang sementara dicuci.
Ricky : Oh gitu ya,
Guru : Oh yah Pak? Aku juga mau beritahu kalau Rino dipilih mewakili sekolah ini untuk membacakan puisi tentang lingkungan hidup pada hari pendidikan nasional bulan Mei nanti. Kami berharap agar bapak mengijinkan Rino. Rino anak yang pintar dan berbakat sehingga dialah yang kami harapkan untuk mengharumkan nama baik sekolah ini.
Ricky : Baik bu nanti saya akan bicarakan hal ini dengan mamanya di rumah. Kami sebagai orang tua patut mengucapkan terima kasih yang berlimpah atas perhatian ibu terhadap anak kami selama ini.
Ricky : Baik bu, kami permisi dulu.....ayo pamitan dong sama ibu guru.
Rino : Permisi bu, selamat siang.
Guru : Selamat siang juga No, hati-hati di jalan ya?
Rino : Iya, bu Guru.
Ricky : Permisi bu, kami pulang dulu.
Guru : Iya... pak.....
Adegan II
(Suasana jam lima pagi)
Kring...............Kring........................(Bunyi alarm Hp)
Trisna : Siapa sih yang telepon pagi-pagi begini (berbicara sendiri) Halo, selamat pagi ini siapa yah?
Pak Vandry : Tris....ini bapa..........
Trisna : Bapa?
Pak Vandry : Maafkan bapa Tris, bapa seakan melupakan kamu.
Tris : Maaf pa, aku terlanjur benci sama bapa. (plak; handphone dimatikan)
Ricky : Siapa tu sayang.
Trisna : Tau tu? Orang salah sambung barangkali.
Kring.........kring..............7x
Ricky : Sayang angkat dong Hpnya?
Trisna : Saya....saya.....saya tidak bisa mas (menangis)
Ricky : sayang, kamu...kamu kenapa? Memangnya siapa tuh yang telpon? Dia bilang apa?
Trisna : Nggak siapa-siapa kok mas?
Ricky : Terus napa kamu menangis?
Trina : (menangis semakin besar) Bapa mas....
Ricky : Maksud kamu bapa yang telpon?
Trisna : Ia Mas....sampai kapanpun saya tidak akan memaafkan bapa?
Ricky : Sayang....Sebuah titik hitam, tidak bisa menghapus putihnya sebuah kertas dan bila kita menolak titik hitam itu maka dengan sendirinya kita menolak kemanusiaan kita sebagai pribadi yang tidak luput dari kesalahan. Apa yang telah dilakukan bapa terhadap kita memang sulit untuk dilupakan tetapi bukan berarti kita menutup hati untuk memberi sepatah kata maaf. Bukankah aku pernah bilang kalau hidup ini terlalu singkat untuk memikirkan kebencian, marah dan dendam. Seburuk apapun sikap orangtua kepada kita, mereka tetaplah orangtua yang telah melahirkan dan membesarkan kita. Kita adalah darah daging mereka sayang.
Kring................kring...............kring.............
Ricky : Halo selamat pagi........
Pak Vandry : He...kamu tu ya? Selalu ngelarang Trisna berbicara dengan saya. Apa kamu tidak sadar kalau Trisna itu anak saya, putri tunggal saya. Kau sudah memisahkan dia dari keluarga sekarang kamu ingin memutuskan hubungan kami sebagai bapa dan anak.....Kadang saya tidak mengerti megapa Trisna mau dengan orang yang tidak memiliki perasaan seperti kamu. Sudah hidup melarat, sombong lagi.
Ricky : Bapa...kalau bapa telpon, hanya untuk marah, sepertinya saya tidak punya waktu untuk bapa. Apa bapa kira, saya tidak bosan dengan semua ini? Saya tidak pernah ngelarang Tris untuk berbicara dengan bapa, mungkin saja dia sudah terlanjur sakit hati atas semua yang telah bapa perbuat pada kami.
Pak Vandry : Tetapi ada hal penting yang ingin saya bicarakan. Bukan mengenai saya tetapi mamanya. jangan lupa kamu beritahu dia (plak. Hp dimatikan)
------------------
Ricky : Bapa mau omong dengan kamu soal mama, katanya penting sekali. Sayang... kita mesti mulai semuanya secara baru....bagaimanapun juga bapa tu sangat mencintai kamu walau caranya terlalu sulit untuk kita pahami. Saya minta kamu untuk menelpon bapa sebentar. ok?
...................................
(Bulan Februari yang kelam)
Trisna : Kak…tadi bapa telpon, kalau sakit paru-paru yang pernah diderita mama kambuh lagi. Apa boleh kakak minta cuti agar bisa pulang unuk menjenguk mama.
Ricky : Tris…sebelumnya saya minta maaf. Bukannya aku menolak, kamu tahu sendiri kan, kalau sekarang musim hujan, sangat berbahaya bagi semua orang yang melakukan perjalanan jauh. Lagi pula, aku kan baru diangkat menjadi pegawai negeri, apa kata orang nanti kalau belum kerja apa-apa aku sudah minta cuti, lagi pula minggu depan Rino mengikuti lomba Puisi tingkat kabupaten, mewakili sekolahnya.
Trisna : Kak…kenapa sih kakak tidak mau mengerti perasaan saya. Keadaaan kesehatan mama makin memburuk. Pada saat-saat seperti ini dia sangat membutuhkan kehadiran saya. Aku sangat khawatir kak.
Ricky : Tris…bagaimana kalau persoalan ini kita bicarakan sebentar saja, soalnya saya sudah terlambat ni. (terdengar Rino memanggil---“Pa cepat dong Ino udah terlambat ni”) Ya…ya…tunggu sebentar…..Bagaimana Tris?
Trisna : Yah... baiklah (sambil menghapus air matanya)
(Terdengar suara motor distater)
Ricky : Da…sayang?
Ino : Da…mama?
Trisna : Hati-hati yah?
..............................................
Kring…..Kring…..Kring……
Pak Vandry : Halo Tris,
Trisna : Halo pa, bagaimana keadaan mama?
Pak Vandry : Sudah agak mendingan sekarang. Dokter bilang, mama kamu, butuh istirahat dan jangan membuat dia kepikiran. Yah......sejak kepergian kamu dari sini enam bulan silam, mama kamu sering ngelamun dan selalu tidur larut malam. Dia sangat merindukan kehadiran kamu Tris…
Trisna : Ia pa, tadi pagi saya meminta kak Ricky untuk cuti dan pulang menjengguk mama. Mudah-mudahan atasannya mengijinkannya soalnya dia baru diangkat menjadi pegawai negeri.
Pak Vandry: Suami kamu tu, memang sulit untuk memahami orang. Dia hanya memikirkan diri sendiri....
Trisna : Sudahlah pa, jangan ungkit-ungkitkan lagi masa lalu. Kak Ricky itu, mempunyai hati yang sangat mulia, buktinya dia selalu memaafkan bapa atas segala hinaan dan kata-kata kasar dari bapa. Hidup ini terlalu singkat untuk memikirkan amarah dan dendam.
Pa Vandry : Bukannya gitu Tris, seandainya dia mau mengikuti ajakanku untuk bekerja di pertambangan yang aku pimpin, pasti sekarang kamu tidak melarat seperti ini. Aku tidak yakin gaji seorang pegawai negeri bisa memenuhi semua kebutuhan kamu. Padahal di sini segala yang kamu inginkan pasti aku penuhi. Aku hanya tidak enak orang menilai saya tidak bertanggungjawab terhadap keluarga.
Trisna : Sudahlah Pa, kami bahagia kok dengan keadaan seperti ini. Biar gaji kecil dan hidup apa adanya yang penting kita tidak bermewah-mewah di atas penderitaan orang lain.
Pak Vandry : Apa maksud kamu Tris?
Trisna : Papa… tidak pernah sadar, kalau pertambangan mangan yang bapa kerjakan telah merusakkan lingkungan dan menyengsarakan banyak orang. Pernahkah bapa berpikir, apa yang terjadi bila lahan pertanian mereka digusur. Sekarang mereka sangat menderita kekurangan air dan makanan pak! Kalau bukan karena kak Ricky, sampai mati pun aku tidak akan memaafkan bapa.
Pak Vandry : Tris…itu bukan urusan aku. Yang penting aku tidak melupakan kewajibanku untuk memberikan sejumlah uang untuk kas daerah. Lagi pula aku kan sudah mengantongi surat ijinan dari pemerintah. Tris…bapa kecewa dengan kamu, kamu lebih memilih suamimu yang adalah nabi dadakan itu, ketimbang saya, ayah kandungmu sendiri.
Trisna : Sudah Pa, jangan menyinggung-nyinggung nama kak Ricky lagi. Bapa pikir bapa dewa? Manusia pun tidak.....(Plak, Hp dimatikan)
-------------------------------------
(Bunyi sepeda motor)
Ricky : Selamat siang sayang…
Trisna : Mas…kok pulang lebih awal sih?
Ricky : Tris…aku pernah berjanji untuk selalu membahagiakan kamu dan aku sama sekali tidak ingin melihat kamu sedih. Saya tidak bisa bekerja dengan tenang kalau ada persoalan di rumah, makanya saya meminta ijin untuk pulang mendahului pegawai lain agar kita mempunyai banyak waktu untuk berbicara perihal sakit yang diderita mama.
Trisna : Ia mas, barusan aku menelepon bapa, katanya dokter bilang kalau sakit mama kambuh lagi karena kurang istirahat. Terlalu banyak pikiran katanya.
Ricky : Tris…saya mengerti perasaan mama setelah kita memutuskan untuk pindah dari rumah. Dia sangat kehilangan kamu. Tetapi kita tidak ada pilihan lain. Ambisi dan ketamakan bapa untuk mengumpulkan harta sebanyak mungkin sangat bertolak belakang dengan hati nurani kita. Bukan maksudku untuk mengatakan hati nurani bapa sudah tumpul tetapi...aku hanya tidak tega melihat banyak orang semakin menderita dengan sikap bapa.
Trisna : Tetapi bukankah apa yang dibuat bapa, tidak ada hubunganya dengan membatalkan niat kita untuk menjenguk mama. Mama tidak ada urusan dengan pertambangan kak.
Ricky : Tris…bukannya aku menolak tetapi…
Trisna : Sudahlah kak….kakak tidak pernah mengerti perasaan saya (berjalan menuju kamar sambil menagis)
Ricky : Tris….Tris……(terdengar pintu kamar dibanting)
Ricky : (sedikit berbisik) Tris…aku tidak ingin terjadi pada kita Tris. Aku sangat mencintai kamu. Masyarakat Lengkololok di Reo-Manggarai sudah melakukan upacara adat untuk meminta leluhur membuat perhitungan atas segala sikap tamak dan keserakahan bapa kamu. Mereka hendak mencari tumbalnya Tris....Kamu tidak akan pernah percaya karena kamu tidak akan pernah mengerti adat leluhur kami. Tumbal itu mesti dilunasi Tris....Tuhan…berikan aku kekuatan untuk menghadapi semua cobaan ini.
-------------------
Ricky : Tris….buka pintunya dong. Aku belum selesai bicara dengan kamu.
Trisna : Tidak….aku benci kakak, kakak itu tidak mau mengerti perasaan saya. Kakak egois….(sambil menangis)
Ricky : Sayang kamu buka dulu pintunya, baru kita bicarakan kapan kamu bisa membeli tiket pesawatnya. Ok?
(Hening sejenak baru terdengar kunci pintu kamar dibuka)
Ricky : Baiklah sayang, Tadi aku tidak bermaksud untuk menghalang-halangi kamu untuk bertemu mama dan bapa. Tetapi kalau itu sudah menjadi keputusan kamu dan merasa tenang serta membuat kamu bahagia, aku tidak punya alasan untuk menolak. Aku sangat mencintai kamu....
Trisna : Makasih ya kak, aku janji kalau sudah bertemu mama dan pasti’in dia baik- baik saja, aku segera pulang. Aku tidak mampu berpisah dengan kakak sampai berhari-hari. Aku juga sangat mencintai kakak. Lagi pula aku ingin menyaksikan anakku tampil gemilang dalam perlombaan nanti.
Ricky : Baiklah! Sayang....kamu kan, akan segera pulang sehingga biar Rino tetap di sini dngan saya, biar dia tetap fokus pada persiapan lomba nanti. Ok?
Trisna : Ehe…kakak pasti cemas aku tidak kembali dan lari ke lain hati, betul kan? ayo ngaku.....
Ricky : He……e…….e………
Trisna : he…….eh…….e……….
Ricky : Ehe……..e……
Trisna : He…….e………..
Ricky : Kalau begitu mumpung semua kantor belum ditutup, biar aku pergi beli’in tiket dan kamu bisa pikirkan ole-ole yang pas buat mama, sehingga sepulang saya kita langsung ke mall untuk berbelanja, biar mama terhibur dan cepat sembuh.
Trisna : Iya kak……..
.......................................
Trisna : Ino sayang….Kamu mau mama hadiain apa bila mama pulang?
Rino : Ino mau dibeli’in mobil, pistol dan…..sepeda.........
Trisna : Pasti mama beli’in asal Ino tidak nakal, rajin ke sekolah, dan rajin berdoa, ok?
Rino : Baik ma, tapi…mama jangan lama-lama ya? cepat pulang!
Trisna : Ok de sayang, mama pasti segera pulang kok.
Ricky : Sayang… aktifkan terus bar aku tidak cemas....
Trisna : Baik mas….jangan lupa beri susu buat Rino tiap pagi dan sore. Saya ingin dia kelak menjadi anak pintar dan sukses serta mempunyai perhatian yang besar terhadap lingkungan hidup seperti kita berdua.
Ricky : Ia sayang………..
Trisna : Saya berangkat dulu ya mas (berpelukkan dan menangis) Sayang... mama pergi dulu ya? Ingat pesan mama. (menciumnya sambil menangis)
Rino : Iya ma jangan lupa mobil, pistol dan sepeda buat Ino
Trisna : Iya…….……….
Adegan III
Kring-----kring---------------kring--------------
Ricky : Halo sayang, kamu di mana sekarang?
Trisna : Saya sudah tiba di Jakarta sayang. Di sini lagi hujan deras, sehingga penerbangan menuju Singapura ditunda empat jam dari sekarang. Aku sekarang dijemput Nita dan mau istirahat di rumahnya. Ni dia mau bicara dengan Mas.
Nita : Halo....orang Flores, apa kabar?
Ricky : Hai...kabar baik Nit, kalau kamu gimana di situ. udah dapat pekerjaan?
Nita : Puji Tuhan Mas, saya sekarang kerja di LSM
Ricky : Syukurlah Nit, Aku titip, sayang aku ya? he....e....
Nita : Tentu saja Mas, mbak Trisna makin cantik dan segar.
Ricky : Iya dong, siapa dulu pendampingnya.....
Nita : Mas Rich, ni....ayang kamu sudah tidak tahan mau bicara dengan kamu, takut saya macam-macam sama kamu. ha..........a........a ......
Trisna : Mas...bagaimana keadaan Rino?
Ricky : Dia baik-baik saja. Dia sekarang lagi tidur. Kalau memang masih hujan biar kamu istrahat saja dulu di rumah Nita.
Trisna : Mas jangan khawatir, saya yakin semuanya baik-baik saja. Jaga diri mas baik- baik ya? Kecup manisku buat Ino dan mas sendiri....
Ricky : Kecup balik juga sayang, dari aku dan Rino. Sebentar kalau mau berangkat telpon lagi ya?
Trisna : Mas...saya takut sekali mas.......
Ricky : Takut kenapa?
Trisna : Saya ..........(suara tidak jelas)
Ricky : Halo...Halo....Tris....(Plak....jaringan terputus. mencoba menelpon Trisna tetapi selalu dijawa “ nomor yang anda tuju tidak aktif atau berada di luar jangkauan”)
--------------
Ricky : Tuhan...lindungilah Trisna dan jauhkan aral dan rintangan agar bisa sampai di rumah dengan selamat. Aku sangat mengkhawatirkannya. Aku sangat mencintainya. Amin.
.................................
Kring-----kring-----kring-----
Ricky : Halo? Halo?
Pak Vadry : Trisna sudah berangkat?
Ricky : Eh Bapa....sudah pa. Sudah sejak tadi pagi. Barusan dia telpon kalau sekarang dia sudah tiba di Jakarta dan harus istrahat di rumah temannya. Penerbangan ke Singgapore ditunda empat jam lagi karena cuacanya tidak memungkinkan.
Pak Vandry : Cepat telpon dia sekarang jangan dulu berangkat karena bapa dengar, ada satu pesawat jurusan Jakarta-Sulawesi kehilangan kontak dan mungkin mengalami kecelakaan.
(Terdengar rintik hujan menikam bumi sementara guntur mengelegar tak terkendali bersama tiupan angin yang mengecutkan jiwa. Kecemasan, kekhawatiran, ketakutan dan kerinduan Ricky semakin memuncak)
Kring------Kring------
Nita : Halo selamat sore....
Ricky : Selamat sore Nit, Tris di mana sekarang?
Nita : Sudah berangkat tiga puluh menit yang lalu mas.
Ricky : Oh Tuhan...
Nita : Kenapa mas?
Ricky : Nit tadi dia ikut pesawat apa? (dengan sedikit gugup)
Nita : Pesawat Adam Air. Sebenarnya langsung ke Singapura tetapi karena cuaca tidak memungkinkan mungkin singgah dulu ke Sulawesi. Memangnya kenapa mas? Halo? 3x.
Ricky : (suara sedikit berat menahan tangis) Barusan ba...pa telpon kalau beberapa menit yang lalu pesawat jurusan Jakarta-Sulawesi kehilangan kontak. kemungkinan ke...ke...celakaan.
Nita : Mas tenang dulu, soalnya sore ini, banyak pesawat singgah di Sulawesi karena di sana cuacanya sedikit cerah.
Ricky : Iya Nit, tolong kamu cari informasi lagi ya? soalnya jaringan di sini kurang terlalu lancar.
Nita : Baik mas...
Rino : Pa...kapan mama pulang, Ino rindu ama mama.
Ricky : Sayang? Kamu sudah bangun? Mama pasti kembali kok. Mama juga akan bawa mobil, pistor dan sepeda buat Ino. Oh ya? Bagaimana kalau Ino bapa mandi’in dulu setelah itu bapa ajarin untuk membaca puisinya Ok?
Rino : Hmm....Iya. Pa....kenapa papa menangis?
Ricky : Ngak apa-apa kok sayang, ada binatang kecil masuk di mata bapa. Sayang...kalau udah besar nanti, Ino mau jadi apa?
Rino : Mau jadi seperti bapa...
Ricky : Ha....a....kenapa?
Tino : Mama bilang, bapa itu orangnya baik, ramah dan pintar.
Ricky : O...ya? Hmm...
-------------------
Nita : (sedikit terisak) Mas....mmm....bak....Tris.....mbak Tris mas...
Ricky : Ada apa Nit. Kenapa dengan Tris?
Nita : Pesawat yang kecelakaan itu, adalah pesawat yang ditumpangi mabak Tris mas.
Ricky : Tidak............ini tidak mungkin..........( Lagu Tears In Heaven mengalun perlahan).
Nita : Benar Mas, pesawat itu jatuh di sebelah selatan dari lokasi pertambangan Nikel yang di pimpin oleh Pak Vandry.
Ricky : Tidak....??????
Narator : Tirai kehidupan telah membuka selubungnya. Kini pelangi itu telah pergi bersama senja yang terlepas dalam kegelapan yang membingkai langit. Tanah yang terluka akibat keserakahan Pak Vandry telah menagih darah. Tetapi apakah kepergian pelangi itu merupakan akhir dari semuanya tuk menyambut hari esok yang cerah dalam kemilauan sinar kasih dan pertobatan?
Ricky : (sambil terisak) Trisna....Aku bersimpuh menatap hati yang runtuh, hancur terbelah dialiri anak sungai dari air mataku. Kidung duka mulai bergema seiring nada cinta yang berlari ke arahmu. Perjalanan cinta dalam bahtera rumah tangga yang telah kita rajut bersama selama ini hanyalah sebuah episode napak tilas tentang rentang waktu yang telah hilang, yang terbungkus oleh kangkuhan, ambisi dan gila harta orang tua kita.
Tadinya aku berharap pencarianku atasmu adalah akhir bahagia, tapi wujudmu telah berubah, aku menemukanmu hanya sebuah nama dalam kekelaman jiwaku. Pelangi hatiku….. kulabuhkan cinta yang tak pernah surut membingkai indah wajah lembutmu. Kepergianmu ini telah membawa sebelah hatiku. Dan aku…..aku sendiri dengan sebelah hati yang tersisa melanjutkan hidup yang tak pernah terhenti bersama Rino buah hati kita. Kutulis lembaran baru dengan tinta darah pada sebuah harapan semoga harapan dan cintamu pada lingkungan hidup terpatri indah di hati semua orang khusunya di hati anak kita, Rino bersama mentari yang berisnar esok hari.
Thats all
0 comments:
Post a Comment