Monday 30 January 2012

SOAL PROSEDUR

Dalam berbagai urusan, banyak lembaga baik pemerintah, swasta maupun gereja sangat menekankan prosedur. Prosedur adalah tata cara yang mesti dilewati sehingga sebuah urusan mudah diakomodir, diteliti dan diifentarisasi. Dari satu sisi prosedur sangat penting dan bermanfaat karena berkaitan dengan kewenangan dan transparansi tetapi ada kecenderung dalam sebuah prosedur yang berbelit-belit, memberi peluang pada sikap kolusi dan nepotisme. Dalam kehidupan masyarakat prinsip “orang dalam” menjadi tren yang tidak bisa disangkal. Kemudahan dalam sebuah urusan tidak terletak pada prosedur yang rapi, jelas dan transparan tetapi terletak pada sejauhmana kita mengenal orang dan orang mengenal kita. Walaupun tidak selalu benar, biasanya sanak keluarga dari seorang pejabat publik atau tokoh agama selalu mendapat banyak kemudahan dalam urusan dalam masyarakat dan gereja dibandingkan masyarakat atau umat biasa yang tidak memiliki kerabat yang berpengaruh baik dalam hal ekonomi, politik maupun keagamaan. Penginjil Markus menampilkan cerita Yesus tentang kehidupan masyarakat Yahudi pada zaman Yesus yang menekankan prosedur. Tata cara yang menyimpang dari prosedur yang digariskan dalam aturan atau hukum adalah tindakan bodoh yang mesti dipertanggungjawabkan. Yesus diamat-amati Kaum Farisi, jangan-jangan ia menyembuhkan orang pada hari sabat. Di sini bukan soal hasil tetapi soal cara atau proses. Sejauh tindakan itu tidak mendapat legitimasi dalam sebuah hukum atau aturan maka tetaplah merupakan sebuah kesalahan walaupun tindakan itu bermanfaat atau dapat menyelamatkan sebuah nyawa. Itulah hukum hari sabat versi penganut Yahudi klasik. Yesus mengajukan sebuah pertanyaan kritis dengan dasar moral dan teologis yang jelas, manakah yang diperbolehkan pada hari sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membunuh orang lain. Tidak ada jawaban apalagi diskusi dari kaum farisi atas pertanyaan tersebut. Akal dan hati nurani mereka kaku, gugup dan gagap sehingga yang tersisa adalah butir-butir kebencian untuk menghabisi nyawa Yesus. Yesus mengabaikan prosedur dalam sebuah hukum hari sabat yang kaku dan kehilangan orientasi demi kebahagiaan dan keselamatan umat manusia. Bukan tidak mungkin dalam tugas dan karya, kita terseret dalam dua ekstrim berbeda soal prosedur dalam sebuah aturan atau hukum. Pada satu sisi ada kecenderungan untuk menekankan prosedur. Kita berpikir dan merasa bahwa prosedur adalah segala-galanya dan selalu berusaha bersembunyi didalamnya. Ketika dimintai jawaban logis dari esensi aturan tersebut ,dengan enteng kita menjawab: Maaf, ini aturan atau regulasi yang sudah ditetapkan. Di sisi lain kita mengabaikan prosedur untuk meloloskan kepentingan diri, keluarga dan kerabat kenalan kita. Hak dan kebutuhan orang lain bukan menjadi tanggungjawab kita. Yang dimaksudkan Yesus dalam injil suci hari ini, bukan bermaksud agar kita bersembunyi dibalik sebuah aturan atau mengabaikan aturan untuk kepentingan diri tetapi hendaknya aturan atau hukum dijadikan sarana bagi kita untuk mengembangkan diri sembari mengakui dan menghargai hak dan martabat orang lain. Dalam kehidupan mengereja, tentu kita tidak bisa dilepaspisahkan dari yang namanya prosedur atau aturan. Untuk itu kita mempunyai tanggungjawab moral untuk mengkritisi semua aturan yang membelenggu umat dan mendukung aturan yang memberdayakan dan mendukung perkembangan iman umat. Ketahuilah mengakui kesalahan dan melakukan perubahan atas kesalahan adalah bentuk tertinggi dari penghormatan atas diri sendiri.
Share:

0 comments:

Post a Comment