Saturday 28 January 2012

SOAL WASIAT

Aneka gejala sosial seperti tren gugat-mengugat, penyerobotan, pembakaran dan pembunuhan dapat dijadikan contoh bagaimana selembar surat wasiat bernilai ganda. Bukan hanya soal kepemilikan tetapi juga soal harga diri. Demi sejengkal tanah dan harga diri, keluarga dan suku banyak orang berani menantang panah, tombak, parang dan peluru. Hampir tidak ada cara yang cukup bijak dan netral dalam mencari solusi terhadap gejala sosial ini selain perlunya infentarisasi dan sertifikasi atas semua hal. Selain itu terasa penting bagi negara untuk mengakomodir segala bentuk dan jenis hukum adat dari masyarakat setempat. Tidak semua kebenaran mesti ditunjukkan dalam sebuah pembuktian tertulis seperti hitam di atas putih. Biasanya persoalan menyangkut warisan suku atau leluhur terasa sulit diselesaikan di gedung pengadilan tetapi akan terasa mudah dan adil bila diselesaikan dalam sebuah rumah adat. Dengan demikian saya hendak menegaskan bahwa salah satu ciri pemimpin atau orang tua yang baik dan bijak adalah ketika ia meninggalkan pesan atau surat wasiat baik berupa wasiat lisan maupun tertulis. Bila wasiat diapahami sebagai sebuah pesan atau wejangan maka Kitab Suci merupakan sebuah buku wasiat. Narasi-narasi kehidupan dari Allah yang diwartakan para nabi mengajarkan banyak hal dan meningalkan aneka pesan bagi kita zaman ini. Hari ini penginjil Lukas menampilkan wasiat atau pesan Yesus kepada para murid untuk pergi dan mewartakan kasih Allah ke seluruh penjuru kota. Mereka diutus bukan dalam bentuk rombongan besar supaya boleh berhura-hura, saling mengharapkan dan bersembunyi dalam kelompok. Bukan pula diutus untuk pergi sendiri-sendiri sehingga boleh menyuburkan sikap munafik dan egois. Tetapi Yesus mengutus para murid untuk pergi berdua-dua sehingga dapat menumbuhkan sikap saling percaya, menjalin kerjasama dan memupuk sikap persaudaraan dan pengorbanan. Selain itu kepada para murid Yesus menekankan pentingnya kesadaran sebagai seorang utusan. Itu berarti segala pesan dan wewenang yang hendak disampaikan jangan sampai keluar jalur seperti mengurangi atau menambahkan pesan baru yang merupakan hasil kreatifitas pribadi. Nama dan pesan dari dia yang mengutus hendaknya dijaga dan diutamakan. Lebih dari itu Yesus berpesan agar jangan membawa apa-apa agar tidak kehilangan jati diri oleh sesuatu yang dipikul tetapi hendaknya pergi dalam kekosongan agar bisa diisi dan dilengkapi. Menyadari diri sebagai murid Yesus yang setia, kita diajak untuk mengenal diri kita sebagai murid yang diutus. Tidak ada hal lain yang kita pikirkan dan yang kita rasakan selain wasiat atau pesan tunggal Allah yakni membawa sebanyak-banyaknya orang pada pelukan kasih Allah. Mereka yang menjadi sasaran perutusan kita hendaknya merasa aman, damai dan bahagia dengan kehadiran kita. Bila kehadiran kita menjadi alasan bagi orang untuk menghindar dan menyempitkan mata tanda kebencian maka identitas kita sebagai orang Kristen mesti dipertanyakan kembali. Ketahuilah meski anda menyembunyikan pikiran buruk dalam diri anda, tetap akan terpancar kekuatan kelam. Pikirkan tentang cinta sebab meski tidak diucapkan tetapi dunia akan terasa lebih terang.
Share:

0 comments:

Post a Comment