Saturday, 28 January 2012

MOAL MURID

Dalam konteks kehidupan modern sekarang ini, hampir pasti semua orang mengalami sebuah pengalaman menjadi murid. Predikat murid selalu mengaindaikan kehadiran seorang guru. Kita tidak bisa berbicara tentang murid tanpa sosok seorang guru. Demikian halnya, kita tidak bisa disebut guru tanpa kehadiran seseorang atau sekelompok murid. Reaksi terhadap pengalaman menjadi murid untuk setiap pribadi sangat berbeda dan bervariasi. Ada yang berbangga dan sangat gembira pernah menjadi murid dari seorang guru atau lembaga tertentu. Predikat alumni selalu menggetarkan hatinya agar kembali bernostalgia ke masa lalu di lembaga bersangkutan bersama teman-teman dan para guru. Namun tidak sedikit orang yang menundukkan kepala sebagai ungkapan penyesalan karena pernah diatur dan ditempa terlalu dengan kasar oleh guru atau lembaga tertentu. Ia menutup diri sambil mengutuki masa lalu dan berusaha keras menghilangkan semua pengalaman sakit hati, trauma dan putus asa saat berpredikat menjadi murid dari seorang guru atau lembaga tersebut. Bandingkan kisah tragis dan sadis para mahasiswa IPDN beberapa tahun lalu. Namun tidak seorangpun yang berani menolak dan menyangkal bahwa ia pernah menjadi murid. Sebuah pohon tidak pernah langsung berbuah sesaat ia ditanam. Itu berarti segala proses, dinamika dan situasi mesti dilewati untuk mencapai kematangan diri baik secara psikologis, intelektual, moral maupun spiritual. Pengalaman kita menjadi murid dalam kehidupan provan menjadi dasar bagi kita untuk mengakui dan merasa diri sebagai murid dalam kehidupan spiriritual. Iman Kristiani telah menempatkan kita sebagai seorang murid Kristus. Yesus adalah guru dan Tuhan telah menunjukan diri sebagai guru yang baik, sumber panutan, inspirasi dan keselamatan bagi kita para murid-Nya. Yesus sang guru telah mengalami banyak derita, penolakan bahkan tergantung di kayu salib untuk membela dan menyelamatkan nasib kita para murid-Nya. Tiada kasih yang lebih besar dari aksih seseorang yang menyerahkan nyawa bagi sahabat-sahabatnya. “Pergi dan mewartakan injil ke seluruh dunia” merupakan pesan atau wasiat akhir sang guru dan telah memberi roh atau semangat baru bagi para murid perdana untuk mewartakan kasih Allah. Walaupun dalam perjalanan waktu, agama Kristen terpencar oleh beragam pandangan teologis, tetapi kita tetap satu dan sama karena diinspirasi Sabda dan yaya hidup sang guru ilahi yakni Yesus sendiri. Kita terlahir dan diharapkan untuk tetap menjadi murid Yesus sampai ajal menjemput. Satu hal yang membanggakan bahwa dari segi kuantitas, agama Kristen memiliki jumlah pengikut terbanyak dari jumlah umat manusia sejagat walaupun hingga sekarang belum mendapat bukti yang cukup akurat apakah jumlah tersebut sebanding dengan kualitas diri setiap pribadi yang menyebut diri Kristen. Sepak terjang para murid perdana yang militan untuk membawa terang besar dari Yesus di tengah-tengah bangsa yang berada kegelapan hendaknya menjadi inspirasi dan semangat kita pada zaman ini. Kita patut berbangga dan bersyukur oleh hadirnya berbagai konggregasi dalam gereja. Hal ini menujukkan bagaimana Roh Kudus tetap bekerja hingga sekarang ini. Mereka diutus ke seluruh pelosok dunia setelah melewati masa pembinaan dan pendidikan bertahun-tahun bahkan sampai belasan tahun. Oleh berbagai tuntutan, kita mungkin tidak mau dan tidak mampu menjadi biarawan-biarawati tetapi hendaknya kita mempunyai komitment yang sama untuk mau dan mampu menjadi murid Yesus yang setia. Di tengah dunia yang semakin plural, satu hal yang mesti disadari bahwa usaha kita sekarang ini bukan lagi mengumpulkan sebanyak-banyaknya orang untuk menjadi Kristen tetapi berusaha agar baik diri kita sendiri maupun sesama orang Kristen sungguh-sungguh menjadi seorang Kristen. Ketahuilah Identitas kita sebagai orang Kristen bukan sesuatu yang tertulis tetapi sesuatu yang dihidupi
Share:

0 comments:

Post a Comment