SOAL KEMAUAN
Kisah sukses kebanyakan orang selalu berawal dari sebuah kemauan. Hal ini ingin menegaskan sebuah pernyataan bahwa dimana ada kemauan pasti ada jalan. Dalam sebuah kemauan akan terbuka sebuah inisiatif, alternative, solusi dan kreatifitas. Lalu apa itu kemauan? Bagaimana kemauan itu bisa dilukiskan dalam berbagai alur kisah sukses? Mungkin perlu disadari bahwa kemauan sebenarnya keinginan teguh dalam diri yang didukung oleh sebuah komitmen dan daya juang. Tanpa sebuah komitmen dan daya juang maka kemauan tidak lebih dari sebuah angan semata yang bersifat fatamorgana. Kemauan berasal dari sebuah kata kehidupan yakni mau atau ingin. Itu berarti semua orang mempunyai hasrat atau mimpi yang mau atau ingin diraih. Namun sekali lagi kemauan atau keinginan dalam diri harus didukung oleh sebuah orientasi yang jelas dan tegas. Kita tidak bisa menginginkan kesuksesan dalam usaha dan karya atau dalam bidang akademis tanpa didukung oleh sebuah sikap dan gaya hidup disiplin, hemat dan memiliki berdaya juang.
Kemauan untuk maju dan sukses dalam usaha dan karya serta gemilang dalam hal akademis hampir sama bentuknya dalam kisah kemauan seorang beriman untuk dekat dengan Tuhan penciptanya. Iman bukanlah sesautu yang terberi tanpa sebuah perjuangan untuk menjernihkannya dalam satu cara. Iman yang tidak dipugar atau dimurnikan akan berujung pada dua ekstrim yang menakutkan yakni radikalisme agama dan atheisme modern. Kemauan untuk selalu dekat dengan Tuhan harus dijabarkan dalam berbagai sikap hidup baik dalam doa maupun relasi yang dibangun dengan orang lain. Doa tanpa sebuah relasi yang baik dengan orang lain adalah bentuk kemunafikan yang mengkerdilkan diri sendiri.
Penginjil Matius menampilkan cerita Yesus soal kemauan seorang perempuan yang menderita penyakit pendarahan untuk menjamah jumbai jubah Yesus. Kemauan untuk mendekati dan mejamah jubah Yesus bukanlah sebuah gerakan reflex yang tanpa maksud dan tujuan. Ia menjamah jubah Yesus karena didorong oleh sebuah keinginan untuk sembuh. Memang terasa sulit dimengerti, sebuah kesembuhan terjadi hanya dengan menjamah jumbai jubah tetapi justru pada saat itulah ia mempertontonkan sebuah kualitas iman yang kokoh kepada Yesus dan semua orang. Kepadanya, Yesus berpesan, teguhkanlah hatimu sebab imanmu telah menyelamatkan kamu. Lain halnya dengan kadar iman kebanyakan orang yang tertawa sinis ketika di rumah Yairus Yesus mengatakan “Anak ini tidak mati tetapi tidur”. Dengan ini mau menegaskan bahwa iman yang hidup akan terlukis dalam sebuah sikap penyerahan, kerendahan hati dan kepasrahan pada penyelanggaraan Allah.
Iman atau kepercayaan itu mempunyai kekuatan yang dahsyat. Ia dapat menyembuhkan. Ia dapat menyelamatkan. Agar iman dapat tumbuh dan kokoh kita senantiasa berusaha mendekatkan diri dengan Allah. Kemauan untuk mendekatkan diri dengan Allah memampukan kita untuk bertahan dalam situasi sulit sekalipun. Iman dan kepasrahan kepada Allah selalu dituntut dari kita, walaupun tidak selalu sempurna. Kita dapat menyuburkan iman lewat doa-doa di rumah, misa atau ibadat di gereja, di lingkungan dan ikut aktif menggereja dan bermasyarakat. Rasul Paulus mengingatkan kita agar dalam kehidupan beriman kita juga memperhatikan kepentingan sesama, khususnya kaum miskin dan terpinggirkan. Solidaritas kepada kaum miskin itu bukan supaya mereka mendapat keringanan, tetapi terutama supaya ada keseimbangan. “Maka hendaklah sekarang ini kelebihan kamu mencukupkan kekurangan mereka, agar kelebihan mereka kemudian mencukupkan kekurangan kamu, supaya ada keseimbangan. Seperti ada tertulis: “Orang yang mengumpulkan banyak tidak kelebihan, dan orang yang mengumpulkan sedikit tidak kekurangan”.
Di sini ditekankan sikap mau berbagi dengan sesama dan kepedulian kita terhadap sesama, rasa senasib sepenanggunangan seperti yang diteladankan oleh Yesus. Kita telah dibaptis dalam nama Yesus Kristus. Kita telah dipersatukan dengan-Nya. Maka kita dapat membedakan kebenaran dan kejahatan. Segala sesuatu yang benar dan kekal berasal dari Allah, sedang segala kejahatan yang mengakibatkan kehancuran berasal dari setan. Oleh karena itu dalam segala keadaan kita mempergunakan iman sebagai perisai agar kita selamat.
0 comments:
Post a Comment