Setiap orang bisa, mampu dan seharusnya menjalani suatu peran tertentu. Tanpa sebuah peran, hidup itu seperti bayang-bayang, tanpa orientasi dan sasaran. Anda, saya dan semua orang tentunya memahami dan mengerti apa itu peran. Peran berarti sesuatu yang menjadi bagian atau memegang pimpinan yang terutama. Peran lebih enak didekatkan dengan kata peranan yang berarti sebuah prihal apa yang dapat dilakukan individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat. Peranan meliputi norma-norma yang dikembangkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini meruapakan rangkaian peraturan-peratuatran yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan. Dengan demikian peranan lebih dekat dengan kata status dimana terdapat hak, kewajiaban atau tanggung jawab tertentu.
Dalam kotbah di atas bukit, Yesus bersabda: “Kalian ini garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah dapat diasinkan? Tiada gunanya lagi selain dibuang dan diinjak-injak orang. Kalian ini cahaya dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian, sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya cahayamu bersinar di depan orang, agar mereka melihat perbuatanmu yang baik, dan memuliakan Bapamu di surga.”
Tahukah kita sekalian tentang fungsi sebuah garam? Fungsi garam bukan hanya untuk menyedapkan rasa pada makanan, tetapi juga untuk mengawetkan daging atau ikan. Semntara lampu adalah sarana ampuh untuk menumpas kegelapan dan kedinginan. Lalu bagaimanakah hubungannya dengan peranan kita sebagai murid-murid Kristus. Hemat saya, panggilan kemuridan, dengan kesaksian hidupnya yang bermutu, mengawetkan dunia dari kehancuran karena dosa. Dan lagi, pola hidup mereka yang baik, menyinari orang-orang yang hidup dalam kegelapan.
Ketahuilah saudara/iku, seekor burung dapat disebut burung jika ia terbang, sekuntum mawar disebut mawar jika ia mekar dan seorang manusia yang memiliki jati diri dan sunggu disebut manusia jika ia mencinta. Apa yang terjadi jika burung itu tidak bisa terbang, mawar tak mampui mekar dan manusia tidak lagi saling mencinta maka identitas mereka sebagai burung, mawar dan manusia serentak dipertanyakan.
0 comments:
Post a Comment