Monday, 30 January 2012

SOAL BERADAPTASI

Pernahakah kita sadar bahwa perubahan dan keberagaman itu adalah dua hal yang saling mengadaikan. Kita tidak bisa berbicara bahkan memikirkan sebuah perubahan tanpa adanya keberagaman atau dengan bentuk lain, keberagaman adalah adalah motor pengerak adanya perubahan. Keberagaman dalam hal ini hadir dalam beragam bentuk seperti keberagaman dalam cara pandang dan gaya hidup. Tidak heran, untuk sebuah perubahan dan inovasi baru, benturan cara pandang dan gaya hidup antar generasi kerap terjadi. Kebanyakan generasi tua senang bernostalgia pada masa lalu dan berusaha mengformat generasi muda dalam cara pandang dan gaya hidup zaman dulu sementara generasi muda cenderung melihat nilai yang ditawarkan generasi tua sebagai bahan rongsokan yang pantas disampahkan karena ketinggalan zaman sembari mengikuti nilai yang ditawarkan zaman modern yang terkadang samar-samar. Lalu bagaimana sikap kita dalam upaya merangkai suasana damai dan persaudaraan dalam keberagaman untuk sebuah perubahan yang bersifat kontruktif dan produktif? Hampir sulit memikirkan hal lain kecuali beradaptasi. Beradaptasi bukan berarti ikut arus tanpa jati diri, komitmen dan tanggung jawab. Beradaptasi berarti terbuka terhadap arus zaman tetapi tetap berakar pada nilai luhur yang diwariskan seperti iman dan pengakuan kita akan penyelenggaraan Allah. Dihari keenam belas dalam bulan pertama ditahun 2012 ini, kita disuguhkan cerita Yesus tentang merangkai perbedaan dalam sebuah perubahan dengan beradaptasi. Penginjil Markus menceritakan bagaimana orang mempertanyakan perbedaan gaya hidup murid-murid Yesus dan murid-murid Yohanes dalam hal berpuasa. Ketika murid-murid Yohanes berpuasa, pada saat yang sama murid-murid Yesus bersantai ria atau berleha-leha tanpa beban. Menjawabi pertanyaan ini, Yesus mengangkat sebuah analogi secari kain baru pada kain yang lama serta anggur yang baru pada kantong yang tua. Kain yang baru janganlah ditambalkan pada kain yang lama karena akan mencabiknya demikian halnya kantong anggur yang baru jangan dituangkan pada kantong anggur yang lama supaya jangan sampai basi, terbuang atau tidak terpakai. Dalam hal ini, Yesus menegaskan bahwa Ia adalah muara akhir dari doa dan puasa yang dibuat manusia. Ia adalah Allah yang menjelma menjadi manusia. Logikanya cukup jelas yakni untuk apa berpuasa selagi Dia yang menjadi sasaran akhir dari puasa kita sudah ada. Dalam hal ini, murid-murid Yesus tidak perlu berpuasa karena Yesus ada diantara mereka. Ceritanya lain kalau Yesus tidak ada maka para murid pasti dan harus berpuasa. Hidup ini penuh warna sehingga kelihatan sangat indah. Tanpa sebuah perbedaan maka di sana tidak ada keindahan, dinamika dan perubahan. Dari perbedaan-perbedaan itu kita disatukan tetapi bukan untuk disamakan namun untuk disesuaikan. Untuk sebuah persaudaraan, toleransi dan tenggang rasa, hal pertama yang mesti diakui dan disadari yakni kita beda. Hanya dengan pengakuan dan kesadaraan akan adanya perbedaan maka kita dapat mencitai dan mengharagai perbedaan itu. Ketahuilah perbedaan atau keberagaman adalah motor pengerak sebuah perubahan. Dalam konteks bacaan suci hari ini, kita diajak agar menyadari diri kita sebagai sebuah komunitas umat manusia yang sedang berziarah menuju rumah Allah. Kita yakin dan percaya, apapun cara dan gaya kita dalam berdoa dan berpuasa semuanya tetap bermuara pada satu tujuan yakni membahagiakan sesama dan memuliakan Allah. Kadang-kadang kita mengatasi situasi sulit hanya dengan bersedia memahami orang lain. Sering yang paling dibutuhkan oleh seseorang adalah ada orang lain yang peduli dengan perasaan dan berusaha memahami posisi mereka. Semoga dihadapan terang Sabda Allah dan Roh pemberi karunia, lenyaplah kegelapan dosa dan kebutaan manusia tak beriman, dan semoga hati Yesus Hidup dalam hati semua orang. Amin
Share:

SOAL ATURAN

Ketika saya duduk di seminari menengah, seorang teman dekat saya memiliki kebiasaan untuk mengeluh. Dia mengeluh untuk banyak hal sehingga hampir tiada hari dilewatkan tanpa mengeluh. Bila diprosentasikan maka keluhan tentang aturan seminari mendapat porsi terbanyak. Ada banyak argumen yang diutarakannya termasuk aturan olahraga yang dibagi dalam kelompok. Menurutnya aturan semacam ini, bukan hanya membuat orang tertekan secara psikis tetapi juga mematikan kreatifitas dan inovasi seseorang. Akhirnya dalam bulan terakhir menjelang ujian akhir sekolah, ia memutuskan untuk menarik diri dari lembaga panti imam tersebut. Apakah di luar sana ada sebuah kebebasan mutlak tanpa control dalam bentuk aturan? Tidak. Di mana saja kita berada selalu dihadapkan dengan aneka aturan agar kebebasan kita tidak mengganggu apalagi membatasi kebebasan orang lain. Pada prinsipnya aturan atau hukum dibuat untuk sebuah tujuan yang baik tetapi persoalan selalu muncul ketika orang yang membentuk, menjaga dan yang menjalankan aturan tersebut memiliki persepsi atau cara pandang beragam atas aturan yang sama. Bandingkan saja situasi sosial di tanah air kita akhir-akhir ini. Hukum dengan mudah digadai dan diputarbalikkan sehingga yang kerap terjadi adalah yang benar disalahkan dan yang salah dibenarkan. Bandingkan proses hukum seorang koruptor yang mencuri uang rakyat bermilar-miliaran rupiah dengan seorang pencuri bunga dan sandal jepit. Penginjil Markus menampilkan cerita Yesus tentang esensi sebuah aturan atau hukum. Masyarakat Yahudi pada zaman Yesus memiliki sebuah aturan atau hukum pengsakralan hari sabat sebagai hari khusus bagi Tuhan. Hal ini bertolak dari kisah kejadian tentang bagaiman Allah menciptaka langit dan bumi selama enam hari dan pada hari ketujuh dia beristrahat setelah menyaksikan semuanya itu baik. Aturan hari sabat menerapkan prinsip tunggal yakni tidak ada aktifitas lain kecuali bersujud dan berdoa kepada Yahwe. Apapun kegaitan tersebut walaupun untuk sebuah tujuan mulia tetap dikatakan dosa karena melanggar hukum hari sabat dan terjadilah demikian. Untuk mengisi perut yang keroncongan, para murid Yesus memetik bulir gandum. Yesus dimintai keterangan atas sikap pembangkangan para murid. Namun Yesus tidak bergeming sedikitpun. Ia mengunakan sebuah hukum tertinggi yakni penghargaan terhadap martabat manusia. Segala bentuk aturan atau hukum mestinya bermuara pada penghargaan atas martabat manusia yang merupakan citra Allah sendiri. Menurut Yesus aturan diciptakan untuk manusia dan bukan sebaliknya manusia untuk aturan. Yesus menujukkan legitimasi kekuasaannya atas surga dan dunia dengan mengatakan bahwa dirinya adalah tuan atas hari sabat. Perjalanan panjang karya Yesus diwarnai dengan pesan-pesan pembaharuan dan tidak sedikit bersifat kontroversial dan revolusioner. Hukum itu mesti ditegakkan sejauh tidak membelenggu manusia sebagai pribadi yang bermartabat. Akhir-akhir ini dengan adanya sistem otonomi daerah, produksi undang-undang di daerah dan negara kita begitu banyak. Lebih parah lagi ketika tidak ada batasan yang jelas antara ruang privat, ruang publik dan doktrin agama. Semua orang binggung, baik masyarakat maupun lembaga pencetak undang-undang atau hukum itu sendiri. Kebingungan merambat pada pihak penegak hukum dan pengambil keputusan seperti hakim dan jaksa. Anda, saya dan kita semua berada dalam situasi binggung. Di tengah virus kebingungan ini apakah ada obat penawar yang menyajikan pencerahan dan solusi? Tidak ada cara lain selai kita harus kembali pada roh dari hukum itu sendiri yakni memberi kelegaan bagi mereka yang haus akan kebenaran dan keadilan sembari tetap menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai citra Allah yang maha luhur. Perjuangan ini butuh kesabaran dan pengorbanan. Hal pertama yang mesti dibuatnya yakni memutuskan mata rantai gurita banalisasi kejahatan yang selalu datang menawarkan diri dalam beragam cara dan bentuk. Ketahuilah gurita kejahatan itu telah merasuki ranah kehidupan kelurga dan karya pelayanan gereja. Di sini pemikiran rasional, iman dan hati nurani hendaknya dipakai sebagai benteng agar kita tidak terseret pada virus kebinggungan yang berkepanjangan. Ingat, orang yang luar biasa itu selalu sederhana dalam ucapan tetapi hebat dalam tindakan.
Share:

SOAL PROSEDUR

Dalam berbagai urusan, banyak lembaga baik pemerintah, swasta maupun gereja sangat menekankan prosedur. Prosedur adalah tata cara yang mesti dilewati sehingga sebuah urusan mudah diakomodir, diteliti dan diifentarisasi. Dari satu sisi prosedur sangat penting dan bermanfaat karena berkaitan dengan kewenangan dan transparansi tetapi ada kecenderung dalam sebuah prosedur yang berbelit-belit, memberi peluang pada sikap kolusi dan nepotisme. Dalam kehidupan masyarakat prinsip “orang dalam” menjadi tren yang tidak bisa disangkal. Kemudahan dalam sebuah urusan tidak terletak pada prosedur yang rapi, jelas dan transparan tetapi terletak pada sejauhmana kita mengenal orang dan orang mengenal kita. Walaupun tidak selalu benar, biasanya sanak keluarga dari seorang pejabat publik atau tokoh agama selalu mendapat banyak kemudahan dalam urusan dalam masyarakat dan gereja dibandingkan masyarakat atau umat biasa yang tidak memiliki kerabat yang berpengaruh baik dalam hal ekonomi, politik maupun keagamaan. Penginjil Markus menampilkan cerita Yesus tentang kehidupan masyarakat Yahudi pada zaman Yesus yang menekankan prosedur. Tata cara yang menyimpang dari prosedur yang digariskan dalam aturan atau hukum adalah tindakan bodoh yang mesti dipertanggungjawabkan. Yesus diamat-amati Kaum Farisi, jangan-jangan ia menyembuhkan orang pada hari sabat. Di sini bukan soal hasil tetapi soal cara atau proses. Sejauh tindakan itu tidak mendapat legitimasi dalam sebuah hukum atau aturan maka tetaplah merupakan sebuah kesalahan walaupun tindakan itu bermanfaat atau dapat menyelamatkan sebuah nyawa. Itulah hukum hari sabat versi penganut Yahudi klasik. Yesus mengajukan sebuah pertanyaan kritis dengan dasar moral dan teologis yang jelas, manakah yang diperbolehkan pada hari sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membunuh orang lain. Tidak ada jawaban apalagi diskusi dari kaum farisi atas pertanyaan tersebut. Akal dan hati nurani mereka kaku, gugup dan gagap sehingga yang tersisa adalah butir-butir kebencian untuk menghabisi nyawa Yesus. Yesus mengabaikan prosedur dalam sebuah hukum hari sabat yang kaku dan kehilangan orientasi demi kebahagiaan dan keselamatan umat manusia. Bukan tidak mungkin dalam tugas dan karya, kita terseret dalam dua ekstrim berbeda soal prosedur dalam sebuah aturan atau hukum. Pada satu sisi ada kecenderungan untuk menekankan prosedur. Kita berpikir dan merasa bahwa prosedur adalah segala-galanya dan selalu berusaha bersembunyi didalamnya. Ketika dimintai jawaban logis dari esensi aturan tersebut ,dengan enteng kita menjawab: Maaf, ini aturan atau regulasi yang sudah ditetapkan. Di sisi lain kita mengabaikan prosedur untuk meloloskan kepentingan diri, keluarga dan kerabat kenalan kita. Hak dan kebutuhan orang lain bukan menjadi tanggungjawab kita. Yang dimaksudkan Yesus dalam injil suci hari ini, bukan bermaksud agar kita bersembunyi dibalik sebuah aturan atau mengabaikan aturan untuk kepentingan diri tetapi hendaknya aturan atau hukum dijadikan sarana bagi kita untuk mengembangkan diri sembari mengakui dan menghargai hak dan martabat orang lain. Dalam kehidupan mengereja, tentu kita tidak bisa dilepaspisahkan dari yang namanya prosedur atau aturan. Untuk itu kita mempunyai tanggungjawab moral untuk mengkritisi semua aturan yang membelenggu umat dan mendukung aturan yang memberdayakan dan mendukung perkembangan iman umat. Ketahuilah mengakui kesalahan dan melakukan perubahan atas kesalahan adalah bentuk tertinggi dari penghormatan atas diri sendiri.
Share:

SOAL KEJAHATAN

Dalam berbagai pemberitaan baik melalui media cetak maupun elektronik, kasus kejahatan hampir tidak pernah absen. Terlihat cukup jelas bagaimana kejahatan dalam berbagai kategori dapat diperankan oleh siapa dan di mana saja karena tidak butuh kursus atau keahlian khusus. Dengan demikian, anda, saya dan kita semua mempunyai kecenderungan dan kemampuan untuk berbuat jahat. Secara sederhana, kejahatan dimengerti sebagai upaya mencari dan meraih keuntungan bagi diri sendiri dengan mengorbankan kebaikan dan kebahagiaan orang lain. Pertanyaan mendasar untuk kita refleksi bersama yakni mengapa dan untuk apa orang berbuat jahat. Apakah orang melakukan kejahatan karena ketiadaan pengetahuan tentang yang baik ataukah kejahatan merupakan warisan terberi? Kalau manusia menyebut diri sebagai citra Allah mengapa manusia harus berbuat jahat selagi masih ada kemampuan untuk melakukan yang baik. Mungkin perlu dipahami bahwa kejahatan itu tidak seharusnya ada dalam diri manusia. Dengan ini mau menegaskan bahwa pada dasarnya manusia itu baik. Kejahatan muncul ketika ia tidak mampu menata hati nurani untuk mengelakkan yang jahat dan melakukan yang baik. Penginjil Markus manampilkan cerita Yesus tentang pengakuan roh-roh jahat bahwa Yesus adalah anak Allah. Cerita yang unik dan menarik walaupun menyisakan banyak kebingungan. Roh jahat yang yang dikenal sebagai musuh terbesar kebaikan, kebenaran dan kekudusan justru berteriak penuh semangat bahwa Yesus adalah anak Allah. Apakah ini tanpa pertobatan roh-roh jahat sekaligus akhir dari segala peperangan dan penderitaan manusia? Tidak. Roh-roh jahat tetap merupakan musuh abadi baik untuk Yesus maupun umat manusia seluruhnya. Tidak heran kalau Yesus melarang mereka untuk memproklamirkan diri-Nya sebagai anak Allah. Iblis mempunyai seribu satu cara untuk menjerat manusia. Ia terkadang tampil sebagai naga merah padam yang serem dan menakutkan tetapi terkadang tampil sebagai naga putih bercahaya, dengan tatapan mata yang sayu dan penuh kelembutan. Sekali manusia lengah, maka ia akan mengulurkan cakarnya, mencincang dan menjerumuskan manusia dalam lembah dosa yang menakutkan. Ketahuilah dan sadarlah, iblis itu telah ada dalam dunia. Ia hadir dalam aneka wajah dan cara untuk memburu manusia yang mempunyai kadar iman yang lemah. Kalau boleh menerka, bidang politik, ekonomi dan agama menjadi sarana empuk bagi iblis bertahta. Dalam bidang politik, terlihat jelas dalam pribadi yang haus kekuasaan, gila hormat dan popularitas. Kebenaran bisa saja dimanipilasi demi agenda pribadi dan partai. Sementara dalam bidang ekonomi nampak dalam pribadi yang tidak pernah puas dengan harta kekayaan. Bila si miskin memikirkan hari ini makan apa, maka si kaya yang tamak akan sibuk berpikir makan siapa dan di mana. Lain halnya dengan iblis yang bersantai ria dalam kehidupan mengereja. Ia bisa merasuki jiwa seorang pemimpin atau pengurus gereja dengan tingkah laku dan tutur kata yang kelihatan sopan, lembut dan bersahabat tetapi menyimpan banyak kemunafikan dalam bentuk ambisi pribadi, gila hormat dan kesalehan palsu. Sekali lagi, iblis bekerja dalam sebuah jaringan yang jelas dan rapi. Ia tidak lagi hadir dalam bentuk yang bringas, seram dan bertanduk tujuh tapi bisa hadir dalam pribadi yang ramah dan mempesona. Bacaan suci hari ini mengajak kita untuk kembali dan melihat diri kita, apakah semangat yang berkobar dalam diri kita, baik dalam karya dan doa-doa kita, sungguh-sungguh bertujuan memuliakan Allah dan berjuangan demi kebahagiaan dan kesejahteraan sesama? Ataukah sebaliknya. Jawabanya ada dalam hati kita masing-masing. Ketahuilah sifat cinta dan iman dalam diri kita sama seperti sifat air dalam tanah. Apabila kita tidak cukup dalam menggali maka anda mendapatkan air yang keruh tetapi apabila kita mengali cukup dalam maka kita mendapatkan air yang bersih dan jernih.
Share:

SOAL PANGGILAN

Apakah arti sebuah panggilan? Panggilan selalu mengisyiaratkan dua hal yakni kita dipanggil atas nama tertentu dan atas dasar sebuah kebutuhan. Sebuah adagium klasik yang tetap relevan dan aktual yakni nomen is omen. Nama adalah tanda. Tanpa sebuah nama kita menjadi pribadi yang anonim, tanpa identitas dan hampir pasti tanpa jati diri. Tidak heran kalau banyak orang akan merasa tersinggung kalau orang dengan sengaja atau tidak sengaja salah memanggil namanya. Dengan menyandang sebuah nama tertentu maka kita mengambil bagian dari kehidupan sosial masyarakat. Selain itu untuk sebuah nama orang banyak mempertaruhkan banyak hal karena nama berkaitan dengan harga diri, identitas kelompok atau suku. Selain itu, orang menyebut atau memanggil nama tertentu berhubungan erat dengan kebutuhan. Kita memanggil orang karena kita butuh. Dalam dunia usaha dan karya, kualitas diri kita seperti keahlian dalam bidang tertentu menjadi alasan mendasar bagi orang memanggil kita untuk menjadi partner usaha. Sementara dalam kehidupan rumah tangga atau keluarga, kita dipanggil atas nama yang unik dan has sebagai tanda bahwa kita sungguh dicintai. Penginjil Markus, menampilkan cerita Yesus tentang bagaimana ia memanggil orang-orang khusus yang dikehendakinya. Orang-orang khusus yang mau digaris bawahi dalam cerita ini adalah mereka yang dipanggil bukan karena inisiatif pribadi mereka tetapi mereka yang membuka diri atas tawaran dan inisiatif yang datang dari Yesus. Dalam hal ini Yesus memiliki kuasa mutlak untuk menentukan siapa yang pantas untuk menjadi partnernya dalam menyebarkan cinta Allah di dunia. Sederetan nama disebutkan sehingga membentuk kelompok dua belas rasul. Satu hal menarik yang perlu dimaknai yakni kehadiran seorang Yudas Iskariot , yang dengan tahu dan mau mengkhianati Yesus, gurunya sendiri. Hemat saya, Yesus mau men gajarkan kepada kita arti sebuah pilihan dasar dan nilai kebebasan serta komitmen untuk menjadi murid Yesus. Keberadaan kita sebagai pengikut Yesus dilandasi oleh pemikiran dasar bahwa kita adalah peziarah yang tanpa nama. Kita memiliki nama dan arti hanya dalam diri Yesus Kristus yang tersalib. Dengan demikian kehadiran kita bukan sekadar meramaikan dunia dan menghabiskan waktu kurang lebih tujuh puluh tahun dan delapan puluh tahun jika kita kuat tetapi membuat dunia mendapat arti penuh melalui keberadaan kita. Perlu diketahui bahwa Yesus memanggil kita secara pribadi dengan nama kita masing-masing. Atas nama dan diri kita yang unik dan khas Tuhan menganugerahkan bakat dan talenta yang unik dan khas pula. Kita bermain dalam peran yang beragam tetapi bermuara pada tujuan tunggal yakni membuat hidup kita lebih berarti dengan cara membahagiakan orang lain dan memuliakan Allah. Di sini panggilan kita sebagai orang Kristen adalah anugerah semata, maksudnya kita tidak seharusnya ada tetapi hanya dalam dan melalui Yesus kita mendapat arti penuh sebagai anak-anak Allah yang terkasih. Semoga Tuhan meneguhkan segala niat dan komitment kita sekalian untuk membaharui diri dengan menjawab panggilan Yesus secara bebas dan bertanggungjawab. Akhirnya semoga dihadapan Sabda Allah dan Roh pemberi karunia, lenyaplah kegelapan dosa dan kebutaan manusia tak beriman dan semoga hati Yesus hidup dalam hati semua orang
Share:

Saturday, 28 January 2012

SOAL KETIDAKWARASAN

Penampilan dan gaya bicara yang tidak biasa dan melewati batas normal, biasanya langsung dituding sebagai orang yang tidak waras atau gila. Sikap orang terhadap yang tidak waras atau gilapun sangat beragam. Ada yang tega menyakitinya, mengolok-olok dan menertawainya. Tapi tidak sedikit orang memilih jalan untuk menghindar walau ada yang datang menjamah dan menolongnya. Dari berbagai sumber yang terpercaya, dapat diketahui bahwa hampir sembilan puluh persen orang yang tidak waras atau gila diakibatkan bukan karena faktor gen atau bawaan sejak lahir tetapi puncak tekanan batin oleh beragam persoalan dan kesulitan hidup seperti kemiskinan, kegagalan usaha dan karier, putus cinta, kekerasan seksual, kalah dalam percaturan politik dan sebagainya. Dalam konteks cerita Yesus hari ini mengenai tudingan sanak keluarga Yesus bahwa Yesus sudah tidak waras lagi terasa perlu untuk dipahami bahwa dalam bangsa Israel, tindakan seseorang adalah gambaran sikap dan cara pandang sebuah keluarga besar bahkan satu bangsa. Nama baik kelaurga besar menjadi tanggungjawab setiap pribadi. Oleh karena itu, setiap pribadi harus benar-benar menjaga bibir dalam berbicara dan mengatur langkah dalam bertingkah laku agar jangan sampai mencemarkan nama keluarga. Sepak terjang Yesus dalam masyarakat khususnya mukjizat atau tanda-tanda heran yang dibuatnya membuat banyak orang terkagum-kagum termasuk keluarga besar Yesus karena kehormatan dan harga diri mereka diangkat. Namun apa yang terjadi ketika Yesus selalu membuat soal dengan pemimpin Yahudi dan ahli-ahli taurat? Bukan Yesus saja yang disindir dan dibenci oleh pemimpin agama Yahudi dan pengagum setia hukum taurat tetapi juga sanak keluarganya. Maka dengan mengatakan bahwa Yesus tidak waras lagi maka sanak kelaurga Yesus tidak terseret dalam persoalan Yesus dan harga diri mereka sebagai keluarga tetap terjaga. Terlihat jelas bahwa seseorang dikatakan tidak waras atau gila bukan karena ia sungguh tidak waras atau gila tetapi hanya karena penampilan, gaya bicara dan tingkah lakunya tidak sesuai dengan kebiasaan umum. Perlu diketahui bahwa kebenaran, kelogisan dan kebaikan tidak ditentukan oleh seberapa banyak orang mengakuinya tetapi terletak pada akal sehat dan hati nurani. Ketakutan terbesar dalam masyarakat kita adalah apa yang dinamakan banalisasi kejahatan. Kejahatan yang dilakukan dengan tahu dan mau oleh sebagian besar masyarakat maka pada gilirannya diakui sebagai tindakan biasa, wajar bahkan dinilai sebagai tindakan yang baik. Sebagai contoh, ketika korupsi diperankan oleh sebagian besar pejabat publik maka tindakan korupsi akan menjadi banal, biasa dan wajar sehingga sulit untuk dikendalikan lagi. Bandikan sikap seorang Sokrates, bapak filsafat yang menyalakan pelita di tengah pasar pada siang siang hari sebagai simbol bagimana kebenaran itu sulit dicari dalam sebuah lingkup masyarakat yang acuh tak acuh terhadap ketimpangan sosial. Yesus tampil dalam sebuah masyarakat Yahudi para ahli taurat dan pemimpin agama Yahudi yang salah menjabarkan hukum taurat. Yesus mau agar hukum taurat bukan menjadi hukum yang kaku tetapi mesti dijabarkan dalam konteks kehidupan masyarakat. Pemimpin agama dan ahli taurat, merasa terganggu dan menuding Yesus sebagai pembangkang tradisi dan merendahkan kewibawaan bangsa Yahudi. Maka tidak ada cara lain bagi keluarga Yesus agar terluput dari kemarahan publik selain mengatakan bahwa Yesus tidak waras lagi. Dengan mengatakan demikian maka keamanan dan posisi mereka terjaga termasuk keamanan diri Yesus sendiri. Lalu bagaimanakah dengan kita. Apakah kita terseret dalam gaya dan arus masa walau harus kehilangan hati nurani dan jati diri. Ketahuilah memperjuangkan sebuah kebenaran dan memproklamasikan kebaikan mesti dimulai dalam diri sendiri. Kebenaran dan kebaikan itu mesti ada dalam diri sendiri sehingga dapat terpancar dalam tutur kata dan tindakan kita.
Share:

TENTANG KESUNYIAN

Bagi seorang yang malas berpikir kecenderungan untuk menyamakan term kesunyian dan kesepian sangat tinggi. Baginya kesunyian hanyalah bentuk lain dari kesepian, atau kesepian bersinonim dengan kesunyian. Padahal kesunyian sangat berbeda baik dalam arti, makna maupun aplikasinya. Dalam dan melalui kesunyian, seseorang dalam menembus waktu, melitasi yang manusiawi menghadap yang Ilahi atau gerbang masuk dari yang provan menuju yang transenden. Dalam kesunyian segala kreatifitas yang produktifitas dapat terjadi. Bandingkan kehidupan para rahib yang menghabiskan waktu untuk mencari dan mengejar kesunyian atau boleh bertanya pada penyair dan seniman, darimanakah mereka menimba inspirasi selain dari sebuah kesunyian? Lalu apakah itu kesunyian? Kesunyian adalah keabadian. Dalam sebuah kesunyian segala yang misteri tersingkap sebab Allah adalah kesunyian itu sendiri. Lalu bagaimanakah dengan kesepian. Kesepian tidaklah lebih dari sebuah kehampaan. Suasana tersudut tanpa sebuah kreatifitas dan produktifitas. Kehidupan seorang yang kesepian seperti bayang-bayang yang tanpa nama dan tujuan. Tidak ada tempat yang tepat bagi seorang yang mengalami kesepian di dunia ini selain harus memutuskan untuk segera meninggalkan dunia ini secepatnya. Ketahuilah ketidakmampuan seseorang mengejar, meraih dan memiliki kesunyian akan berakhir pada kesepian. Cerita Yesus yang ditawarkan kepada kita hari ini, mengajak kita untuk menyingkap misteri kesunyian dalam sebuah benih. Semua benih dari berbagai jenih pohon harus tertanam di dalam tanah sebelum akhirnya membelah diri dan membentuk kehidupan baru. Ada yang butuh waktu berminggu-minggu tetapi adapula yang hanya butuh waktu berhari-hari. Berdasarkan penelitian ilmiah dan pengalaman harian seorang petani, malam hari adalah saat yang tepat dan tampan bagi sebuah bulir mendaur diri untuk kemudian menumbuhkan kehidupan baru. Semua itu berlangsung sangat alamiah dan misteri. Kesunyian adalah jawabanya. Hari ini Yesus membandingkan Sabda Allah dengan sebuah biji sesawi yang dari segi bentuk sangatlah kecil dan sederhana dari jenis biji-bijian lainya. Tetapi ketika ia tumbuh, maka ia menjadi pohon terbesar dari semua jenis pohon. Yesus berani menyamakan kerajaan Allah itu dengan biji sesawi dan hati kita adalah tanahnya. Sabda Allah itu menetap dan hidup dalam diri manusia yang mencintai dan berusaha memiliki kesunyian. Hanya dalam kesunyian sebuah bulir dapat membelah diri dan bertumbuh demikian halnya dengan Sabda Allah dapat hidup dan bertumbuh dalam hati yang damai, tenang, sabar dan penuh persaudaraan. Kesunyian dapat mendaur segala bentuk depresi, rasa kecewa, marah dan putus asa dan menjadikan diri kita lebih tenang, mudah menemukan solusi dan menghindari persoalan baru. Dalam kehidupan sehari-hari, kita selalu menjadikan kesibukan dalam tugas atau karya sebagai alasan bagi kita untuk tidak menemukan kesunyian dalam diri. Kita banyak menghabiskan waktu di tempat kerja, di depan televise atau di tempat hiburan ketimbang berada beberapa menit dalam gereja atau ruang doa untuk menimba inspirasi dari Allah dalam kesunyian. Allah adalah kesunyian karena segala sesuatu ia ciptakan berdaya guna, kreatif dan produktif termasuk diri kita manusia. Maka tentang usaha mencari kesunyian dapat dikatakan bahwa ketika kita memulainya dengan sebuah kepastian maka kita akan berakhir dalam keraguan tetapi jika kita memulainya dengan keraguan dan bersabar di dalamnya maka kita akan berakhir dalam kepastian. Oleh karena itu kembalilah ke dalam diri dan temukan kesunyian sebab di sana ada dia yang sedang menunggu dan merindukan kita yakni Tuhan sendiri.
Share:

MOAL MURID

Dalam konteks kehidupan modern sekarang ini, hampir pasti semua orang mengalami sebuah pengalaman menjadi murid. Predikat murid selalu mengaindaikan kehadiran seorang guru. Kita tidak bisa berbicara tentang murid tanpa sosok seorang guru. Demikian halnya, kita tidak bisa disebut guru tanpa kehadiran seseorang atau sekelompok murid. Reaksi terhadap pengalaman menjadi murid untuk setiap pribadi sangat berbeda dan bervariasi. Ada yang berbangga dan sangat gembira pernah menjadi murid dari seorang guru atau lembaga tertentu. Predikat alumni selalu menggetarkan hatinya agar kembali bernostalgia ke masa lalu di lembaga bersangkutan bersama teman-teman dan para guru. Namun tidak sedikit orang yang menundukkan kepala sebagai ungkapan penyesalan karena pernah diatur dan ditempa terlalu dengan kasar oleh guru atau lembaga tertentu. Ia menutup diri sambil mengutuki masa lalu dan berusaha keras menghilangkan semua pengalaman sakit hati, trauma dan putus asa saat berpredikat menjadi murid dari seorang guru atau lembaga tersebut. Bandingkan kisah tragis dan sadis para mahasiswa IPDN beberapa tahun lalu. Namun tidak seorangpun yang berani menolak dan menyangkal bahwa ia pernah menjadi murid. Sebuah pohon tidak pernah langsung berbuah sesaat ia ditanam. Itu berarti segala proses, dinamika dan situasi mesti dilewati untuk mencapai kematangan diri baik secara psikologis, intelektual, moral maupun spiritual. Pengalaman kita menjadi murid dalam kehidupan provan menjadi dasar bagi kita untuk mengakui dan merasa diri sebagai murid dalam kehidupan spiriritual. Iman Kristiani telah menempatkan kita sebagai seorang murid Kristus. Yesus adalah guru dan Tuhan telah menunjukan diri sebagai guru yang baik, sumber panutan, inspirasi dan keselamatan bagi kita para murid-Nya. Yesus sang guru telah mengalami banyak derita, penolakan bahkan tergantung di kayu salib untuk membela dan menyelamatkan nasib kita para murid-Nya. Tiada kasih yang lebih besar dari aksih seseorang yang menyerahkan nyawa bagi sahabat-sahabatnya. “Pergi dan mewartakan injil ke seluruh dunia” merupakan pesan atau wasiat akhir sang guru dan telah memberi roh atau semangat baru bagi para murid perdana untuk mewartakan kasih Allah. Walaupun dalam perjalanan waktu, agama Kristen terpencar oleh beragam pandangan teologis, tetapi kita tetap satu dan sama karena diinspirasi Sabda dan yaya hidup sang guru ilahi yakni Yesus sendiri. Kita terlahir dan diharapkan untuk tetap menjadi murid Yesus sampai ajal menjemput. Satu hal yang membanggakan bahwa dari segi kuantitas, agama Kristen memiliki jumlah pengikut terbanyak dari jumlah umat manusia sejagat walaupun hingga sekarang belum mendapat bukti yang cukup akurat apakah jumlah tersebut sebanding dengan kualitas diri setiap pribadi yang menyebut diri Kristen. Sepak terjang para murid perdana yang militan untuk membawa terang besar dari Yesus di tengah-tengah bangsa yang berada kegelapan hendaknya menjadi inspirasi dan semangat kita pada zaman ini. Kita patut berbangga dan bersyukur oleh hadirnya berbagai konggregasi dalam gereja. Hal ini menujukkan bagaimana Roh Kudus tetap bekerja hingga sekarang ini. Mereka diutus ke seluruh pelosok dunia setelah melewati masa pembinaan dan pendidikan bertahun-tahun bahkan sampai belasan tahun. Oleh berbagai tuntutan, kita mungkin tidak mau dan tidak mampu menjadi biarawan-biarawati tetapi hendaknya kita mempunyai komitment yang sama untuk mau dan mampu menjadi murid Yesus yang setia. Di tengah dunia yang semakin plural, satu hal yang mesti disadari bahwa usaha kita sekarang ini bukan lagi mengumpulkan sebanyak-banyaknya orang untuk menjadi Kristen tetapi berusaha agar baik diri kita sendiri maupun sesama orang Kristen sungguh-sungguh menjadi seorang Kristen. Ketahuilah Identitas kita sebagai orang Kristen bukan sesuatu yang tertulis tetapi sesuatu yang dihidupi
Share:

SOAL WASIAT

Aneka gejala sosial seperti tren gugat-mengugat, penyerobotan, pembakaran dan pembunuhan dapat dijadikan contoh bagaimana selembar surat wasiat bernilai ganda. Bukan hanya soal kepemilikan tetapi juga soal harga diri. Demi sejengkal tanah dan harga diri, keluarga dan suku banyak orang berani menantang panah, tombak, parang dan peluru. Hampir tidak ada cara yang cukup bijak dan netral dalam mencari solusi terhadap gejala sosial ini selain perlunya infentarisasi dan sertifikasi atas semua hal. Selain itu terasa penting bagi negara untuk mengakomodir segala bentuk dan jenis hukum adat dari masyarakat setempat. Tidak semua kebenaran mesti ditunjukkan dalam sebuah pembuktian tertulis seperti hitam di atas putih. Biasanya persoalan menyangkut warisan suku atau leluhur terasa sulit diselesaikan di gedung pengadilan tetapi akan terasa mudah dan adil bila diselesaikan dalam sebuah rumah adat. Dengan demikian saya hendak menegaskan bahwa salah satu ciri pemimpin atau orang tua yang baik dan bijak adalah ketika ia meninggalkan pesan atau surat wasiat baik berupa wasiat lisan maupun tertulis. Bila wasiat diapahami sebagai sebuah pesan atau wejangan maka Kitab Suci merupakan sebuah buku wasiat. Narasi-narasi kehidupan dari Allah yang diwartakan para nabi mengajarkan banyak hal dan meningalkan aneka pesan bagi kita zaman ini. Hari ini penginjil Lukas menampilkan wasiat atau pesan Yesus kepada para murid untuk pergi dan mewartakan kasih Allah ke seluruh penjuru kota. Mereka diutus bukan dalam bentuk rombongan besar supaya boleh berhura-hura, saling mengharapkan dan bersembunyi dalam kelompok. Bukan pula diutus untuk pergi sendiri-sendiri sehingga boleh menyuburkan sikap munafik dan egois. Tetapi Yesus mengutus para murid untuk pergi berdua-dua sehingga dapat menumbuhkan sikap saling percaya, menjalin kerjasama dan memupuk sikap persaudaraan dan pengorbanan. Selain itu kepada para murid Yesus menekankan pentingnya kesadaran sebagai seorang utusan. Itu berarti segala pesan dan wewenang yang hendak disampaikan jangan sampai keluar jalur seperti mengurangi atau menambahkan pesan baru yang merupakan hasil kreatifitas pribadi. Nama dan pesan dari dia yang mengutus hendaknya dijaga dan diutamakan. Lebih dari itu Yesus berpesan agar jangan membawa apa-apa agar tidak kehilangan jati diri oleh sesuatu yang dipikul tetapi hendaknya pergi dalam kekosongan agar bisa diisi dan dilengkapi. Menyadari diri sebagai murid Yesus yang setia, kita diajak untuk mengenal diri kita sebagai murid yang diutus. Tidak ada hal lain yang kita pikirkan dan yang kita rasakan selain wasiat atau pesan tunggal Allah yakni membawa sebanyak-banyaknya orang pada pelukan kasih Allah. Mereka yang menjadi sasaran perutusan kita hendaknya merasa aman, damai dan bahagia dengan kehadiran kita. Bila kehadiran kita menjadi alasan bagi orang untuk menghindar dan menyempitkan mata tanda kebencian maka identitas kita sebagai orang Kristen mesti dipertanyakan kembali. Ketahuilah meski anda menyembunyikan pikiran buruk dalam diri anda, tetap akan terpancar kekuatan kelam. Pikirkan tentang cinta sebab meski tidak diucapkan tetapi dunia akan terasa lebih terang.
Share:

TENTANG KEWIBAWAAN

Kewibawaan adalah life style atau gaya hidup yang dicari dan dibanggakan banyak orang. Semua orang mampu dan pantas untuk menampilkan diri sebagai pribadi yang berwibawa. Dengan menujukkan diri sebagai orang berwibawa maka identitas pribadi dan harga diri dengan sendirinya diakui oleh yang lain. Semakin kita menampilkan diri sebagai orang yang berwibawa maka semakin besar peluang bagi kita untuk mempengaruhi orang lain. Demikian sebaliknya semakin pudar kewibawaan seseorang maka ia tidak mendapat perhatian publik dan bukan tidak mungkin diabaikan dalam arus relasi sosial. Lalu apa sebenarnya kewibawaan?. Banyak yang memahmi kewibawaan sebagai seorang yang selalu tampil rapi, bercelana tisu dan berbaju lengan panjang. Selalu mengenakan sepatu, berkaca mata dan berjalan tegak dengan raut wajah yang tegang. Ada yang lain selalu mengidentikkan kewibawaan dengan status sosial yang dimiliki. Semakin tinggi peran yang diemban maka dengan sendirinya ia adalah seorang pribadi yang berwibawa. Akhir-akhir ini, dimana banyak orang mengaitkan harga diri dan martabat seseorang dengan kekayaan, maka yang berwibawa adalah orang yang memiliki uang atau barang materi lainnya. Hemat saya kewibawaan itu adalah gaya hidup dan tutur kata yang pantas dijadikan sumber panutan bagi banyak orang. Seorang pemulung yang jujur dan rajin, sangat berwibawa ketimbang seorang pejabat berdasi tetapi korup. Cerita Yesus versi penginjil Markus menampilkan cerita Yesus tentang bagaimana Yesus menujukkan kewibawaannya untuk mengatur alam. Angin kencang yang menampar sehingga membuatnya mengamuk dan menggetarkan jantung para murid yang bersantai di atas perahu. Yesus yang terlelap kelelahan dibangunkan secara paksa untuk menenangkan alam yang kasar. Dengan sebuah kalimat yang penuh wibawa dari Yesus “Diam, tenanglah” segalanya tunduk dan menurut termasuk alam yang boleh dibilang tak punya hati dan rasio. Di sini Sabda Yang meluncur dari mulut Yesus memiliki kekuatan yang mampu menembus segalanya. Kepada para murid yang bungkam ketakutan dan kekaguman Yesus butuh sebutir iman. Iman selalu menyelamatkan. Kita manusia tidak akan pernah mampu menyaingi kewibawaan Yesus. Ketaatan Yesus pada kehendak Bapa-Nya membuat ia sangat berwibawa dihadapan manusia dan alam. Tetapi ketahuilah sebagai murid mungkin kita tidak mampu menyamakan kewibawaan Yesus tetapi kita bisa mendekati kewibawaan Yesus. Garam itu harus asin sebab kalau sudah tawar maka tidak ada gunanya lagi selain dibuang atau diinjak orang. Oleh karena itu pengertian kewibawaan yang paling sederhana yakni adanya kesesuaian antara apa yang diucapkan dengan apa yang kita lakukan. Segala bentuk kata sambutan, pidato dan kotbah memiliki kekuatan selagi kita mampu membahasakan apa yang kita katakan dalam hidup harian. Seorang anak akan menuruti nasihat orang tua dan menjadi anak yang baik kalau orang tua mampu menunjukkan teladan hidup yang patut diteladani. Kewibawaan itu tidak hanya terletak pada apa yang ditampilkan dan yang diucapkan tetapi juga disetai dengan gaya hidup kita sehari-hari.
Share:

Friday, 27 January 2012

TENTANG MELIHAT

Pernahkah anda mengerti tentang apa itu filsafat? Tanpa bermaksud mengurui saya mau menjelaskan bahwa filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat tidak didalami dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Dalam hal ini logika berpikir dan logika bahasa mutlak dibutuhkan. Nuansa khas filsafat seperti spekulasi, keraguan, rasa penasaran dan ketertarikan membuatnya menjadi bidang studi yang relevan dan aktual segala jaman. Filsafat juga bisa berarti perjalanan menuju sesuatu yang paling dalam, sesuatu yang biasanya tidak tersentuh oleh disiplin ilmu lain dengan sikap skeptis yang mempertanyakan segala hal. Ketika kita sudah mulai bertanya atau mempertanyakan sesuatu sebenarnya pada saat yang sama kita sedang berfilsafat. Dengan itu hendak menegaskan bahwa tidak ada pertanyaan yang bodoh tetapi yang selalu ada adalah jawaban yang salah.
Penginjil Yohanes menampilkan cerita Yesus tentang sikap skepstis atau keraguan seorang natanael tentang eksistensi Yesus. “Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret? Sebuah keraguan yang wajar sebagai hasil pemikiran yang logis, kritis dan analitis. Sebuah sikap yang jauh berbeda dengan seorang Filipus yang sangat yakin pada indera pendengaran dan penglihatanya. “Kami telah menemukan Dia yang disebut oleh Musa dalam kitab Taurat dan oleh para nabi, yaitu Yesus, anak Yusuf dari Nazaret.” Satu hal yang menarik terjadi ketika Natanael tidak mau terkubur dalam sikap skeptis yang hampa. Ia menunjukkan diri sebagai seorang yang haus akan kebenaran sehingga menuruti ajakan Filipus untuk pergi dan melihat Yesus. Kita lihat dari kisah ini bahwa sikap skeptis Natanael membuka jalan kepada iman dan rasa takjub ketika dirinya bertemu dengan Yesus secara face-to-face. Sang Rabi dari Nazaret ternyata mampu membaca isi hatinya seperti sebuah buku yang terbuka. Yesus melihat bahwa Natanael adalah seorang “Israel sejati” yang tidak mengenal kepalsuan. Yesus juga menitipkan janji kepada Natanael bahwa sesungguhnya ia akan melihat langit terbuka dan malaikat-malaikat Allah naik turun kepada Anak Manusia. Apakah pujian dan janji Yesus ini merupakan bentuk apresiasi atas sikap kristis Natanael? Kita berani menjawab “ya” sebab di dunia ini tidak ada yang abadi termasuk kebenaran yang mutlak kecuali Allah sendiri. Kita tidak mungkin mempertanyakan keberadaan Allah sebab ketika kita mempertanyakan atau meragukan keberadaan Allah maka pada saat yang sama kita menegaskan bahwa Allah itu ada.
Kita tidak bisa menyangkali sejarah bahwa pada zaman orde baru riwayat orang seperti Natanael biasaya berakhir tragis. Bertanya apalagi mempertanyakan sesuatu adalah bentuk pembangkangan terhadap pancasila dan undang-undang dasar, Musuh negara yang pantas diamankan atau dilenyapakan. Sebaliknya seorang yang penurut dan bersikap ABS (asal Bapa Senang) terhadap penguasa akan mendapat posisi strategis dalam kehidupan sosial dan politik. Bila mau jujur sebenarnya produk orde baru masih berkeliaran hingga saat ini ketika awak media sebagai corong kebenaran diintimidasi bahkan harus mengalami kekerasan fisik. Lalu bagaimanakah kita sebagai orang percaya? Apakah kita harus bungkam dan diam di tengah banyaknya ketidakadilan untuk aebuah keamanan dan ketenagan diri. Bangkitlah, saudara dan saudariku dan mulailah bertanya dan mempertanyakan segala ketidakjelasan zaman ini. Pertanyaan utama dan pertama hendaknya ditujukan kepada diri sendiri, Apakah ada sesuatu yang baik dalam diri saya untuk kebahagiaan sesama dan kemuliaan Allah. Apakah saya terlahir untuk mati atau sebaliknya saya terlahir untuk melahirkan sesatui yang bermanfaat dan berdaya guna bagi diri sendiri dan orang lain? Marilah kita membuka hati kita terhadap perwahyuan Yesus, seperti yang dilakukan oleh Natanael. Selagi kita melakukannya, kobaran api Roh Kudus akan mulai membakar hati kita bagi Juruselamat kita. Hasrat kita untuk mengenal Tuhan akan lebih berkobar-kobar lagi, akhirnya menyerap ke dalam seluruh kehidupan kita. Semoga dihadapan terang Sabda Allah dan Roh pemberi karunia, lenyaplah kegelapan dosa dan kebutaan manusia tak beriman, dan semoga hati Yesus Hidup dalam hati semua orang.
Share:

Renungan

HIDUP ITU MENCARI
Bila kita mau berpikir lebih, maka hidup ini sebenarnya sebuah proses pencarian. Setiap saat kita selalu dalam kondisi dan situasi mencari. Ada beragam bentuk dan jenis pencarian baik itu berupa harta kekayaan, status sosial ataupun mencari makna dan arti hidup dalam kehidupan beragama. Kita semuanya tentu berharap agar apa yang kita cari suatu saat dapat tercapai. Kalaupun kita sudah mendapatkan apa yang kita cari, tetapi selalu saja ada alasan bagi kita untuk mencari, mengejar dan berusaha meraih kebutuhan yang lain. Itulah hidup yang penuh petualangan, kompotensi dan ambisi. Sikap tidak puas dan didukung dengan ketidaksabaran dalam mencari membuat manusia lupa diri dan langsung mengambil jalan pintas seperti korupsi, manipulasi, kolusi, nepotisme bahkan dengan enteng menghilangkan nyawa orang lain karena merasa disaingi. Sebuah narasi kehidupan bangsa yang memilukan ketika orang kaya semakin kaya sementara orang miskin semakin miskin dan melarat. Hukum yang benar tetapi tetapi dihidupi secara salah maka yang benar bisa saja disebut jahat dan yang jahat bisa dipandang kudus. Lantas, adakah yang salah dengan pencarian hidup ini? Pertanyaan ini mengantar kita pada sebuah permenungan atas pertanyan Yesus, apakah yang kamu cari?
Mencari dalam konteks iman Kristiani adalah sebuah keharusan sebagai kosekuensi dosa manusia pertama di taman eden. Adam dan Hawa terlanjur salah mengunakan kehendak bebasnya sehingga mereka kehilangan situasi firdaus yang membahagiakan. Semenjak itu, manusia mencari, merintih dan menangis hingga Allah yang rahim itu mengutus Putranya sendiri. Firdaus itu telah diraih kembali dalam pristiwa inkarnasi, Allah menjadi manusia. Bangsa yang berjalan dalam kegelapan itu telah melihat terang yang besar dalam diri Yesus Kristus. Penginjil Yohanes hari ini menceritakan tentang bagaimana Yesus memberi reaksi atas inisatif dua orang murid Yohanes pembabtis yang mengikuti dia. Yesus bertanya "Apakah yang kamu cari?" Kata mereka kepada-Nya: "Rabi (artinya: Guru), di manakah Engkau tinggal?" Ia berkata kepada mereka: "Marilah dan kamu akan melihatnya." Mereka pun datang dan melihat di mana Ia tinggal dan hari itu mereka tinggal bersama-sama dengan Dia.
Hari ini dan di awal tahun 2012 ini, Yesus bertanya kepada kita, "Apakah yang kamu cari?". Atau dengan kata lain: Apa yang Anda inginkan? Mengapa Anda berada disini? Apa yang anda lakukan? Pertanyaan tentang apa yang kita inginkan adalah sangat penting dalam segala tindakan kita. Keinginan kita menjadi tolok ukur untuk baik buruknya suatu tindakan. Dari segi moralitas, suatu tindakan adalah buruk jika maksudnya jahat. Suatu bentuk kejahatan akan berkurang jika kejahatan itu dilakukan dengan maksud baik. Prestasi juga sangat tergantung dari maksud dan tujuan kita. Jika saya sungguh-sungguh bermaksud dan berkeinginan mencapai sesuatu, maka saya akan mencari jalan untuk mendapatkannya. Jika keinginan saya lemah, maka saya akan mudah menyerah. Di sini motifasi kita sangat dibutuhkan dalam mencari, mengejar dan meraih sesuatu. Dalam surat Yakobus 4:3 dikatakan "Bila kamu berdoa, kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu." Karena itu Yesus bertanya kepada para murid "Apakah yang kamu cari? Dan mereka menjawab "Dimanakah Engkau tinggal?" "Marilah dan kamu akan melihatnya." kata-Nya kepada mereka. Yesus mengajak “Marilah dan ambillah bagian dalam kesadaran batin-Ku dan dalam pengalaman-Ku. Dalam hal ini, Yesus mengundang mereka kepada kebenaran dan kehidupan batin yang ada dalam diri-Nya dan melalui-Nya. "Mereka pun datang dan melihat dimana Ia tinggal: dan hari itu mereka tinggal bersama dengan Dia." Mereka mengunjungi-Nya secara lahiriah, namun mereka juga mengalami-Nya di dalam batin mereka dan sedikit banyak mengalami cahaya kasih-Nya. Dengan demikian, saudara/I… yang kita cari dalam hidup ini sebenarnya buka harta kekayaan, nama besar, pangkat dan kedudukan tetapi yang kita cari adalah kebahagian batin. Hanya dalam hati yang mendamba, lembut dan sabar akan terpancar kata-kata dan sikap yang lembut dan penuh kasih. Akhirnya, semoga dihadapan terang Sabda Allah dan roh pemberi karunia, lenyaplah kebutaan manusia tak beriman, dan semoga hati Yesus Hidup dalam hati semua orang. Amin
Share: